Inflasi Tahunan On Track dan PMI Manufaktur 22 Bulan Ekspansi, Airlangga: Ekonomi RI Tangguh!
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, inflasi Juni 2023 yang bertepatan dengan momen Hari Raya Iduladha 2023 tetap terkendali. Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 3,52% (yoy), telah kembali dalam rentang target sasaran tahun 2023, yakni 3%±1%.
Sementara secara bulanan, terjadi inflasi sebesar 0,14% (mtm), lebih tinggi dibanding inflasi bulan sebelumnya (Mei 2023) yang sebesar 0,09% (mtm), tetapi lebih rendah dibandingkan inflasi bulan yang sama tahun sebelumnya (Juni 2022) yang sebesar 0,61% (mtm).
Baca Juga: Bank Dunia Umumkan Indonesia Kembali Jadi Negara Upper Middle Income
"Capaian inflasi hingga tengah tahun 2023 tetap terkendali dan telah kembali masuk kisaran target inflasi. Hal ini merupakan hasil koordinasi dan sinergi yang solid dari TPIP dan TPID. Ke depan, sinergi ini akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi tahun 2023 tetap dalam kisaran sasaran untuk menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas," ujar Airlangga, dalam keterangan resmi, Senin (3/7/2023).
Selain itu, Airlangga juga menyampaikan, Standard & Poor’s (S&P) baru saja merilis data perkembangan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Juni 2023. Data tersebut menyebutkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia berada pada level ekspansif sebesar 52,5, naik dari posisi bulan lalu yang sebesar 50,3 dan ini adalah level tertinggi dalam 1,5 tahun terakhir.
Kinerja PMI Indonesia lebih baik dari Malaysia (47,7) dan Vietnam (46,2) yang mengalami kontraksi. Sementara itu, indeks PMI Manufaktur Thailand (53,2), Singapura (52,7), dan Filipina (50,9) mencatatkan ekspansi.
"Terus menguatnya aktivitas ekonomi membuat PMI Indonesia melanjutkan level ekspansif yang stabil dan berkelanjutan selama 22 bulan beruntun. Ini meningkatkan ekspektasi positif pelaku usaha atas kondisi ekonomi Indonesia sehingga berpeluang dalam menarik investasi baru ke dalam negeri," kata Airlangga.
Di tengah ketatnya persaingan global, lanjut Airlangga, Pemerintah Indonesia akan terus mendorong daya saing ekonomi, terutama saat kondisi PMI Indonesia terus mencatatkan ekspansi. "Celah-celah permintaan global pun harus kita isi dan terus meningkatkan peran kita di Global Value Chain (GVC)," imbuhnya.
Menurut dia, kuatnya permintaan domestik cukup untuk mengangkat aktivitas manufaktur nasional. Perusahaan manufaktur juga terus melakukan perekrutan tenaga kerja baru dengan jumlah kenaikan menembus angka tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.
Secara umum, kata Airlangga, ekspektasi perusahaan manufaktur ke depan bertahan di level positif. Kenaikan penjualan yang didorong oleh permintaan dalam negeri menjadi sentimen utama atas prospek positif ekonomi ke depan.
"Meski ekonomi global masih dalam tren melemah, aktivitas manufaktur Indonesia terus melaju karena ditopang aktivitas ekonomi yang menggeliat dan permintaan dalam negeri yang terus tumbuh kuat. Alhasil, kita terus melihat bahwa berbagai aspek penting determinan penggerak ekonomi terus berada pada jalur yang tepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tangguh," pungkas Airlangga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Advertisement