Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

El Nino Jadi Biang Kerok Tingginya Harga Ayam di Jabar

El Nino Jadi Biang Kerok Tingginya Harga Ayam di Jabar Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Fenomena El Nino dinilai menjadi penyebab masih tingginya harga ayam potong di Jawa Barat (Jabar). Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar, Noneng Komara Nengsih, mengatakan, sejak Idulfitri lalu, harga ayam potong tak jua turun, bahkan pernah mencapai Rp45 ribu per kilogram. Kenaikan pun dialami secara merata di 27 kota/kabupaten di Jabar.

Dampak El Nino berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas pipilan jagung di negara pengekspor sehingga menyebabkan adanya kenaikan harga. Hal ini mengingat pipilan jagung menjadi pakan utama ayam di Indonesia, khususnya Jawa Barat.

Baca Juga: Ganjar Gerak Cepat Hadapi El Nino, Perintahkan OPD Jaga Kebutuhan Masyarakat Hingga Optimalisasi Dana Desa

"Masalah utama di kenaikan pakan. Dari jagung. Sampai saat ini masih banyak impor. Pengekspor jagung salah satu terbesar ke kita, India dan sebagainya kena El Nino, bencana. Kemudian berkurang suplai pipilan jagung. Sebetulnya dari sebelum Idulfitri mulai meningkat, tapi berimbasnya ke telur dan ayam di kemudian hari. Sampai Iduladha tertinggi Rp45 ribu," jelas Noneng kepada wartawan di Bandung, Kamis (6/7/2023).

Untuk menyiasati persoalan ini, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat (Pemdaprov Jabar) terus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Diharapkan harga ayam potong tidak terus naik dan dapat kembali normal.

"Koordinasi di Pemprov dengan Bapanas itu yang dilakukan terus-menerus, karena masyarakat Jawa Barat terbanyak konsumsi ayam. Koordinasi dengan di pusat untuk intervensi supaya menjaga harga tidak terus meningkat," ungkapnya.

Baca Juga: Manajemen Keuangan Pemdaprov Jabar Jadi Percontohan Nasional

Selain itu, Disperindag Jabar juga akan melakukan operasi pasar secara berkala dalam memantau perkembangan harga komoditas di Jawa Barat, dengan harapan nilai jual dapat terkontrol. Meski besar kemungkinan, tutur Noneng, tidak akan terjadi subsidi di Jawa Barat oleh Pemprov, guna menekan harga barang tersebut pada tahun ini.

"Pemantauan ke pasar terus kita lakukan. Intervensi suplai di teman-teman hulu, DKPP, Pertanian. Kami lebih memantau, koordinasi dengan kementerian. Terutama terkait ekspor, impor supaya tidak tersendat. Untuk subsidi, tahun ini sudah selesai ketika menjelang Idulfitri (lalu) Rp10 miliar dikucurkan. Tahun depan baru ada lagi anggarannya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: