Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meski Ada El Nino, Bahana TCW Yakin Inflasi Tetap Terkendali

Meski Ada El Nino, Bahana TCW Yakin Inflasi Tetap Terkendali Kredit Foto: Antara/ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/Ilustrasi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pelan tapi pasti tekanan inflasi di tanah air menunjukkan tren penurunan dalam setahun terakhir. Ditengah mulai stabilnya berbagai harga bahan pokok tersebut, Indonesia memasuki masa kering sebagai dampak dari fenomena El Nino.

PT Bahana TCW Investment Management (“Bahana TCW”) meyakini ancaman El Nino mampu diredam melalui berbagai kesiapan yang telah dilakukan pemerintah bersama bank sentral. Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Juni 2023 sebesar 3,52% secara tahunan, turun dari 4.00% pada bulan Mei lalu. 

Angka inflasi bulan lalu juga merupakan yang terendah sejak Mei 2022. Sehingga dalam enam bulan pertama tahun ini, inflasi Indonesia hanya mencapai 1,24%. Dengan angka tersebut, inflasi domestik telah kembali ke rentang pergerakan normal secara historis. Baca Juga: Biar Nggak Tergerus Inflasi, Begini Caranya Menyiapkan Dana Pendidikan buat Anak

‘’Dengan melihat tren yang ada, inflasi nampaknya tidak lagi menjadi masalah bagi Indonesia. Memang ada ancaman El Nino yang akan kita hadapi, namun pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi dampak El Nino bagi ketersediaan bahan pangan, salah satunya dengan membuka keran impor sebelum kelangkaan terjadi,’’ Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad di Jakarta, Selasa (25/7/2023).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan ancaman El Nino akan mencapai puncaknya pada Agustus-September. Intensitas El Nino kini bergerak dari lemah menuju moderat mulai pertengahan Juli, sehingga dapat berdampak pada ketersediaan air dan produktivitas pangan.

Dampak bagi setiap wilayah tidaklah sama, sebab bisa saja satu wilayah mengalami kekeringan, namun wilayah lainnya justru mengalami banjir. Per bulan Juli, setidaknya 60% wilayah Indonesia utamanya Sumatera, Jawa dan Bali Nusra telah memasuki musim kemarau.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah menandatangani memorandum of understanding (MOU) dengan India untuk pengadaan 1 ton beras yang sewaktu-waktu dapat dibeli. Impor ini diluar dari penugasan yang dilakukan juga oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalui Perum Bulog untuk melakukan impor beras sebanyak 2 juta ton sepanjang 2023.

Sejalan dengan upaya pemerintah, BI melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) terus memperkuat program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Bahan pangan merupakan salah satu faktor penentu inflasi domestik yang memberikan kontribusi sekitar 25% dari total komponen inflasi. Meski tak dapat dipungkiri, hingga kini masih ada kenaikan harga bahan pangan seperti ayam dan telur yang terdampak kenaikan harga jagung di pasar global.

Dengan berbagai risiko yang ada, anak usaha IFG ini meyakini inflasi sepanjang tahun akan tetap berada pada kisaran target BI yakni sekitar 2% - 4%. Baca Juga: Minat Investor Ritel Tinggi, Bahana TCW Bidik Dana Kelolaan Tumbuh 15% Tahun ini

‘’Meski inflasi tren-nya turun, bukan berarti perekonomian domestik lemah. Inflasi inti tercatat masih mencatatkan kenaikan bulanan. Inflasi secara umum turun berkat pemerintah dan bank sentral yang sudah melakukan langkah antisipasi menjaga kestabilan harga pangan,’’ papar Emil.

Dengan inflasi yang diperkirakan stabil dan tidak ada perubahan suku bunga kebijakan hingga akhir tahun ini, prospek pasar obligasi dan saham sektor properti layak untuk dilirik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: