Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inflasi RI Melandai, Sudah Boleh Tenang atau Harus Tetap Waspada?

Inflasi RI Melandai, Sudah Boleh Tenang atau Harus Tetap Waspada? Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K

Sementara komoditas penyumbang inflasi terbesar month-to-month, di antaranya angkutan udara dengan adil sebesar 0,06 persen, daging dengan andil sebesar 0,04 persen, cabe merah dengan andil sebesar 0,03 persen.

Kemudian bawang putih dengan andil sebesar 0,02 persen dan beberapa komoditas dengan andil sebesar 0,01 persen, seperti biaya sekolah dasar, telur ayam ras, biaya sekolah SMA dan SMP, rokok kretek filter, dan kentang.

Inflasi Melandai, Waspada Harus

Pudji mengatakan, tren melandainya inflasi tahunan ini menunjukkan stabilitas harga komoditas pangan.

"Angka tahunan ini menggambarkan inflasi menunjukkan harga-harga komoditas pangan relatif stabil dan terkendali," tegasnya dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (3/8/2023).

Meskipun begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyarankan agar masyarakat tetap waspada. Pasalnya, ancaman kenaikan harga pangan ada di depan mata.

Hal ini ia ungkapkan karena melihat risiko fenomena el-nino ditambah dengan pernyataan Rusia yang mengatakan akan keluar dari Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative, sebagai imbas dari perang melawan Ukraina.

"Ini berarti pada paruh kedua tahun ini kita akan sangat dipengaruhi ketidakpastian dari komoditas, hampir mirip seperti 2022, ditambah dengan nanti el nino, ini menjadi sesuatu yang harus kita waspadai pada paruh kedua 2023 ini," ujarnya.

Masalah ini akan berpengaruh terhadap Indonesia karena bahan pangan Indonesia masih dipengaruhi oleh produk panganan yang termasuk dalam Black Sea Grain Initiative, seperti gandum hingga biji bunga matahari.

Dengan demikian, dia memastikan berbagai komoditas yang terkait dengan perjanjian itu akan mengalami lonjakan harga seperti pada 2022, di antaranya yang paling terhubung dengan Indonesia adalah minyak mentah kelapa sawit atau CPO yang berimplikasi langsung ke harga minyak goreng.

“Lalau sunflower enggak keluar dari Ukraina, harga minyak goreng melonjak tinggi, makanya CPO kita pasti kena. Mengingatkan juga waktu itu krisis minyak goreng terjadi pada 2022 pada saat awal dari perang di Ukraina, ini yang saya sampaikan bahwa fenomena global akan memengaruhi dan merembes ke seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia yang harus kita waspadai," papar Sri Mulyani.

Sebagaimana diketahui, Black Sea Grain Initiative merupakan kesepakatan yang diinisiasi Turki dan PBB. Ini memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian melintasi Laut Hitam pascaserangan Rusia ke negara itu pada 24 Februari 2022.

Penolakan Rusia untuk memperpanjang perjanjian tersebut menyebabkan Laut Hitam kembali dalam status daerah bahaya untuk pelayaran. Penarikan jaminan keselamatan ekspor dari Ukraina ini berpotensi memengaruhi pasokan gandum secara global. Pasalnya Ukraina merupakan salah satu negara terbesar pemasok komoditas gandum di dunia.

Baca Juga: Sukses Kendalikan Inflasi, 33 Daerah Dapat Penghargaan Insentif Fiskal dari Kemendagri dan Kemenkeu

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: