Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

RI Butuh Dana Rp2,377 Triliun untuk Laksanakan Kebijakan Ekonomi Hijau hingga 2045

RI Butuh Dana Rp2,377 Triliun untuk Laksanakan Kebijakan Ekonomi Hijau hingga 2045 Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas, Medrilzam mengatakan, dibutuhkan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan kebijakan ekonomi hijau setidaknya hingga 2045.

"Jumlah investasi yang dibutuhkan rata-rata sebesar Rp2,377 triliun per tahun dari 2025-2045 untuk melaksanakan kebijakan ekonomi hijau," ujat Medrilzam dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (11/8/2023). 

Medrilzam mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan kebijakan yang mengarah pada penguatan pembiayaan inovatif hijau, seperti blended finance, impact investment, carbon tax, dan lainnya.

Baca Juga: Pembangunan Rendah Karbon Bisa Bawa Indonesia Keluar dari Middle Income Trap

"Investasi hijau juga akan memberikan manfaat penciptaan lapangan kerja hingga 1,66 juta lapangan kerja per tahun pada tahun 2045,” ujarnya. 

Lanjutnya, ia menyebut bahwa Kementerian PPN/Bappenas telah menyelesaikan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan.

"Salah satu sasaran utamanya adalah penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 95% pada 2045," ungkapnya.

Menurutnya, penurunan emisi berkaitan erat dengan pengembangan ekonomi yang lebih hijau. Terutama, Indonesia pada RPJPN 2025-2045 membidik pendapatan per kapitanya dapat setara dengan negara maju sekitar US$30.300 dan masuk ke dalam ekonomi lima terbesar di dunia. 

“Penurunan emisi jangan dilihat hanya sekadar menurunkan emisi saja, dan harus mempertimbangkan perkembangan ekonomi. Intervensi ekonomi hijau dengan pembangunan rendah karbon akan meningkatkan daya dukung lingkungan dan menurunkan emisi GRK seiring mendorong pertumbuhan PDB rata-rata Indonesia tahun 2022-2045 harus mencapai 6%-7%,” ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: