Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hilirisasi Nikel Indonesia dalam Rivalitas Ekonomi dan Geopolitik antara AS dan China

Hilirisasi Nikel Indonesia dalam Rivalitas Ekonomi dan Geopolitik antara AS dan China Bendera China dan AS berkibar di luar gedung perusahaan di Shanghai, China 16 November 2021. | Kredit Foto: Reuters/Aly Song

Keberadaan nikel sebagai bahan utama baterai mobil listrik menjadikan Indonesia dengan cadangan nikel terbesar di dunia menjadi potensi target yang menarik bagi China. Kedekatan geografis Indonesia dengan China menjadi nilai tambah bagi China dalam mengakses pasokan nikel tersebut.

Dalam konteks ini, penting bagi Indonesia untuk menjaga kewaspadaan terhadap dampak dari rivalitas AS-China. Perjanjian kemitraan dan hubungan yang semakin erat antara Indonesia dan China dalam dekade terakhir perlu dilihat dengan cermat, terutama dalam konteks hilirisasi nikel dan industri mobil listrik.

Meskipun kemitraan dapat membawa manfaat ekonomi, Indonesia juga perlu memastikan kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat tidak terabaikan. Dengan mengambil langkah-langkah yang cermat dan berdasarkan analisis yang mendalam, Indonesia dapat menghindari potensi kerugian dalam dinamika geopolitik global yang dapat memengaruhi perekonomian dan kedaulatan negara.

Dalam hal ini, Didin mengatakan, “jadi sekarang, baik sekarang ini dalam rangka nikel maupun sebelumnya Migas, selalu menjadi korban dari rivalitas yang sekarang dikuasai oleh China, tapi sebelumnya pernah dikuasai untuk Migas oleh Amerika. Jadi, sebenarnya saya kira sumber masalah yang utama karena sistem politik kita yang sangat rapuh dan butuh pembiayaan besar yang umumnya mengandalkan perburuan rente di dalam eksplorasi eksploitasi SDA (Sumber Daya Alam).”

Baca Juga: Ribut-Ribut Hilirisasi Nikel, Dongkrak Ekonomi Indonesia atau China?

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: