Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pilwalkot Bandung 2024 Rawan Politik Uang?

Pilwalkot Bandung 2024 Rawan Politik Uang? Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Hasil survei Indonesian Politics Research and Consulting (IPRC) menunjukan Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung 2024 dinilai rawan politik uang. 

Kepala Pusat Studi Politik dan Demokrasi Fisip Universitas Padjadjaran, Ari Ganjar Herdiansyah, menilai situasi ini cukup mengkhawatirkan karena para pemilih mayoritas nyatanya terbuka akan politik uang dan kurang memedulikan gagasan.

Baca Juga: Rayakan HUT ke-78 RI, Ridwan Kamil Ajak Warga Jabar Dukung Indonesia Emas 2045

"Ketika sekarang 60 persen pemilih muda ada harapan bahwa proses politik digiring ke arah yang rasional, karena mereka ini kritis. Ternyata tidak. Keterkaitan dengan ekonomi, menjadi celah. Cenderung pragmatis. Ini jadi tantangan politik, bagaimana ini akan melanggengkan politik transaksional. Karakteristik ini enggak peduli dengan masalah yang terjadi di sekitarnya," jelas Ari kepada wartawan dalam diskusi "Peta Dukungan Gen Y dan Z Kota Bandung Menjelang Pilwalkot Bandung 2024" yang digelar IPRC di Kota Bandung, Rabu (23/8/2023).

Hal ini terbukti di survei yang dilakukan IPRC yang mencatatkan 50 persen responden akan menerima politik uang di Pilkada 2024. Kendati diakuinya, responden tidak menjamin bakal memilih figur yang mengunakan politik uang.

"50 persen responden ini mengatakan wajar soal politik uang saat Pemilu. Tapi soal efektif atau tidak, ternyata tidak. Karena mereka akan menerima (uang, barang atau hadiah), namun tak akan memilih. Sebab, calon yang akan dipilih itu sesuai keinginan mereka saja yang persentasenya sebanyak 81 persen," jelasnya.

Sementara itu, IPRC juga merilis figur favorit calon Wali Kota Bandung, untuk Pilkada 2024 di kalangan Generasi Z dan Y.

Survei yang dilakukan pada 17-27 Juli 2023 menunjukkan Atalia Praratya menjadi sosok paling didambakan Gen Y dan Z, untuk memimpin Kota Bandung di masa depan. 

Direktur Eksekutif IPRC, Firman Manan, mengatakan survei yang menyasar Gen Z dan Y tak lain karena memiliki peran elektoral cukup tinggi, dengan jumlah pemilihnya yang mencapai 60 persen.

Baca Juga: Pesan Ridwan Kamil kepada Forum Jabar Sehat: Terapkan Empat Filosofi Sunda

"Generasi muda ini cenderung aktif dalam model partisipasi non elektoral, isu-isu tunggal, isu-isu konkret dan efektivitas aktivitas. Generasi muda juga menggunakan media baru sebagai kanal aktivitas politik," ungkapnya.

Firman menjelaskan situasi tersebut karena Gen Z dan Y merasa ada kerinduan terhadap program Ridwan Kamil kala menjadi Wali Kota Bandung pada 2013-2018, yang diharapkan dapat dilanjutkan ketika Atalia memimpin.

"Pillwalkot Bandung 2024 itu konteks pilihan hari ini petanya tak ada sosok petahana, yang mengakibatkan muncul figur alternatif. Salah satunya figur yang berasosiasi. Nama Atalia masih diasosiasikan oleh sosok Ridwan Kamil yang merupakan mantan wali kota Bandung sekaligus suami dari Atalia. Apalagi, kriteria anak muda itu melihatnya pada sebuah ikatan yang kemudian muncul nama Atalia dari asosiasi RK," jelasnya.

Adapun, Manajer Riset IPRC, Indra Purnama, menambahkan, survei yang menyasar rentang usia 17-42 tahun di 30 kecamatan Kota Bandung, dengan 880 responden menunjukkan elektabilitas Atalia paling tinggi, yakni mencapai 25,2 persen di simulasi terbuka. Sedangkan pada simulasi tertutup, angkanya melonjak hingga 36,5 persen, mengungguli nama-nama lain, seperti M Farhan, Raffi Ahmad, Budi Dalton, dan Nurul Arifin.

Baca Juga: PPP Ikut Komentari Mimpi PDIP Satukan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Pilpres 2024

"Kalau simulasi terbuka, Atalia 25,2 persen, M Farhan 9 persen, Raffi Ahmad 3,6 persen, Budi Dalton 3,4 persen, Nurul Arifin 3 persen. Sedangkan di simulasi tertutup Atalia 36,5 persen, Farhan 12 persen, Budi Dalton 7,2 persen, Raffi Ahmad 6,4 persen, Nurul 4,3 persen. Semua kecamatan itu dari survei kami dikuasai Atalia," jelasnya.

Senada dengan Firman, Ari kembali menyebutkan, selain faktor Ridwan Kamil, ketertarikan Gen Y dan Z pada sosok Atalia lantaran saat ini tidak ada figur menjanjikan yang menonjol di Kota Bandung.

"Kita melihat ada korelasi dengan kerinduan sosok Ridwan Kamil, karena publik Bandung sangat merindukan sosok yang bisa meneruskan terobosan dari Kang Emil. Selain itu, figur lain memang belum ada yang muncul, bisa mendapat atensi dan kepercayaan publik," terangnya.

Meski diakuinya, selama menjadi Wali Kota Bandung di 2013-2018, bila ditilik lebih jauh, Ridwan Kamil sejatinya tidak banyak menuntaskan persoalan-persoalan sosial yang ada di Kota Bandung.

"Sebetulnya kalau mau lebih kritis lagi, Kang Emil sebetulnya belum menuntaskan masalah. Baru sekedar tahap awal. Baru gimmick," ujarnya.

Baca Juga: Pakar: Hilirisasi Nikel Dipilih untuk Kepentingan Politis Jelang Pemilu & Pilpres 2024

Oleh karena itu, lanjut Ari, siapa pun yang ingin bertarung dalam Pilkada Kota Bandung di 2024 kelak, harus memiliki gagasan menuntaskan persoalan seperti kemacetan, kriminalitas, polusi, air bersih, dan lain-lain.

"Sosok ke depan harus bisa mengimplementasikan, bukan hanya gimmick tapi betul-betul riil mengatasi permasalahan. Bukan hanya sekedar slogan politik. Itu akan mengubah konstelasi hari ini. Sebab pemilih muda cenderung kritis terhadap persoalan yang memang ini ditangkap oleh mereka," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: