Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Raksasa Properti China Ambruk, Indonesia Turut Terdampak?

Raksasa Properti China Ambruk, Indonesia Turut Terdampak? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K

Kabar kebangkrutan raksasa real estat China ini pun telah sampai ke telinga Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo. Jokowi sempat menyinggung tentang kasus gagal bayar utang Evergrande yang jumlahnya mencapai Rp4.400 triliun, mengalahkan besarnya jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia.

"Kita tahu di RRT (China) ada perusahaan properti besar yang ambruk yang utangnya ngalahin APBN kita, utangnya sampai Rp 4.400 triliun," kata Jokowi di Grand Ballroom, Hotel Sheraton, Jakarta Selatan, awal Agustus lalu.

"Jangan ditepok tangani. Utangnya Rp4.400 triliun. Ada di sini yang utangnya sampai segitu? Sekali lagi hati-hati mengenai hal ini," imbuh Jokowi.

Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro menilai Indonesia perlu mewaspadai potensi spill over dari ambruknya Evergrande yang akan bermuara ke pelemahan ekspor, ekuitas hingga rupiah.

Pasalnya, kasus gagal bayar ini berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi China. Hal tersebut kemudian bisa mendorong pelemahan harga komoditas dan berimbas pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"China adalah konsumer terbesar komoditas Indonesia. Itu bisa berpengaruh ke harga komoditas Indonesia, jadi berpengaruh ke potensi ekspor ke China," jelas Andry dalam Mandiri Economic Outlook, dikutip, Kamis (24/8/2023).

Namun, Ferry melanjutkan, ternyata ada momentum yang bisa diambil oleh Indonesia karena kasus Evergrande tersebut. Ia menceritakan, kasus gagal bayar Evergrande pada tahun 2021 lalu justru membuat banyak dana asing masuk ke pasar modal Indonesia.

“Sebenarnya ada potensi yang baik bagi pasar modal Indonesia dari keruntuhan (Evergrande) itu. Pada tahun 2021, ketika memang lagi awal-awalnya permasalahan Evergrande itu ternyata banyak dana asing yang masuk ke pasar modal kita,” ungkapnya.

Hal tersebut disinyalir lantaran banyak investor asing yang akhirnya meninggalkan China dan beralih ke negara-negara lain, seperti Indonesia.

“Gara-gara memang investor tuh cabut dari China. Jadi, maksudnya Evergrande itu kan gagal bayar utang luar negerinya. Jadi, keinginan investor untuk investasi di sana juga akan menurun,” tutupnya.

Baca Juga: Mengintip Rencana Merger Tiga Maskapai BUMN

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: