Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Emiten Astra International 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi

Emiten Astra International 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Belakangan ini, nama Astra International tengah menjadi buah bibir setelah kasus kerusakan rangka enhanced Smart Architecture Frame (eSAF) viral di media sosial. Akibat kasus tersebut, muncul pemberitaan mengenai adanya permintaan recall produk dari Direktorat Pemberdayaan Konsumen Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan.

Kendati demikian, melalui keterbukaan informasi, disampaikan bahwa induk perusahaan PT Astra Honda Motor sekaligus distributor Honda itu tidak menerima adanya imbauan yang dimaksud.

Terlepas dari pemberitaan yang ada, untuk mengetahui informasi selengkapnya mengenai Astra International, termasuk sejarah singkat, kinerja perusahaan, rasio keuangan, profil manajemen, dan aksi korporasi, silakan simak artikel berikut ini!

Baca Juga: Emiten Sampoerna 101: Laporan Keuangan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi

Sepenggal Kisah tentang Astra International

PT Astra International Tbk (ASII) adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan mengandalkan enam lini bisnis utama, yakni otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan dan energi, agribisnis, teknologi informasi, serta infrastruktur dan logistik. Perusahaan yang mulai menjalankan bisnisnya pada tahun 1957 itu resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) per tanggal 4 April 1990.

Merek dagang pertama yang memercayakan distribusinya kepada Astra International adalah Honda. Perjanjian kerja sama tersebut terjadi sejak tahun 1970 dan terus berjalan hingga sekarang. Setelah Honda, beberapa merek otomotif lainnya, seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, dan BMW juga memberikan kepercayaan yang sama.

Astra International terus mengembangkan sayap bisnisnya sehingga perusahaan tersebut bisa merambah ke berbagai bidang. Sampai saat ini, Astra International bahkan sudah mempunyai lebih dari dua ratus anak perusahaan dan membuka lapangan pekerjaan bagi 197.447 karyawan di seluruh Indonesia. 

Baca Juga: Emiten Adi Sarana Permada 101: Laporan Keuangan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi

Performa Keuangan Astra International pada Paruh Pertama 2023

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis oleh Astra International untuk periode semester pertama tahun 2023, dikabarkan bahwa perusahaan multinasional itu mampu meraup laba sebesar Rp17,44 triliun. Kendati demikian, jika dibandingkan dengan keuntungan pada periode yang sama di tahun sebelumnya, terlihat ada penurunan sebesar 3,98%.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan perolehan pendapatan perusahaan sebab pada paruh pertama 2023, Astra International justru mampu memperoleh pemasukan sebesar Rp163,29 triliun. Nominal itu menunjukkan adanya peningkatan pendapatan kira-kira sebesar 13,01%.

Sejalan dengan melompatnya nilai pendapatan, dana yang harus disiapkan oleh Astra International untuk membiayai beban pokok pendapatan juga lebih besar. Merujuk dari sumber yang sama, dilaporkan bahwa perusahaan itu harus menggelontorkan dana sebesar Rp125,76 triliun alias meninggi 14,18%.

Sebagai informasi tambahan, jumlah aset yang dimiliki oleh Astra International adalah Rp419,69 triliun yang terdiri atas aset lancar senilai Rp172,46 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp247,22 triliun. Adapun liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing berada di angka Rp186,38 triliun dan Rp233,31 triliun. 

Baca Juga: Emiten Bayan Resources 101: Performa Perusahaan, Kinerja Keuangan, dan Aksi Korporasi

Rasio Keuangan Astra International

Berkaca pada laporan keuangan per Juni 2023, dikabarkan bahwa Gross Profit Margin (GPM) Astra International berada di angka 22,55%. Perlu diketahui bahwa GPM rata-rata industri berada di angka 30%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rasio margin kotor perusahaan satu ini masih perlu ditingkatkan lagi.

Rasio keuangan berikutnya yang akan dipakai untuk melihat kinerja Astra International adalah Return on Asset (ROA). Jika dihitung, pada semester pertama tahun 2023, ROA perusahaan multinasional itu berada di angka 4,15%. Dengan persentase tersebut, perusahaan tersebut tergolong belum mampu mengelola aset terhadap laba dengan baik.

Rasio keuangan terakhir yang akan dijadikan tolok ukur adalah Debt to Equity Ratio (DER). Setelah dikalkulasikan, dilaporkan bahwa DER perusahaan tersebut berada di posisi 79,88% yang termasuk kategori baik.

Baca Juga: Emiten Golden Energy Mines 101: Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi

Profil Manajemen Astra International

Berdasarkan keputusan yang diambil pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perusahaan pada 2020 silam, jabatan Presiden Direktur Astra International diberikan kepada Djony Bunarto Tjondro. Sebelum menjadi pimpinan tertinggi, alumni Universitas Trisakti itu juga pernah mengemban tanggung jawab sebagai Presiden Komisaris PT Toyota-Astra Motor, Chief Executive PT Astra International Tbk – Daihatsu Sales Operation, dan Komisaris PT Astra Sedaya Finance.

Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai presiden direktur, Djony Bunarto Tjondro dibantu oleh beberapa direktur yang sudah berpengalaman di bidangnya. Direktur yang dimaksud adalah Johannes Loman, Suparno Djasmin, Chiew Sin Cheok, Gidion Hasan, Henry Tanoto, Santosa, Gita Tifani Boer, FXL Kesuma, dan Hamdani Dzulkarnaen Salim.

Tidak hanya jajaran direksi, Astra International tentunya turut mempunyai dewan komisaris yang bertugas untuk menjalankan fungsi pengawasan. Pada periode ini, kursi Presiden Komisaris Astra International diduduki oleh Prijono Sugiarto. Alumni University of A. Sc. Konstanz itu dipilih karena sudah mempunyai banyak pengalaman, seperti menjadi Presiden Komisaris PT United Tractors Tbk (UNTR), Wakil Presiden Komisaris PT Federal International Finance, dan Wakil Presiden Komisaris PT Astra Tol Nusantara.

Supaya Prijono Sugiarto dapat melaksanakan pekerjaannya dengan maksimal, ada beberapa sosok yang dipercaya untuk mendampinginya sebagai komisaris dan komisaris independen. Merujuk dari situs webnya, dikabarkan bahwa posisi komisaris diisi oleh Anthony John Liddell, Benjamin William Keswick, John Raymond Witt, Stephen Patrick Gore, dan Benjamin Herrenden Birks; sedangkan posisi komisaris independen dihuni oleh Sri Indrastuti Hadiputranto, Bambang Permadi, Apinont S., dan Muliaman Darmansyah Hadad.

Baca Juga: Emiten Semen Indonesia 101: Performa Perusahaan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi

Aksi Korporasi Astra International

Salah satu aksi korporasi yang hampir pasti dilakukan oleh kebanyakan emiten adalah pembagian dividen. Jika perusahaan mampu mendulang laba selama periode tertentu, dalam rangka menyampaikan ucapan terima kasih dan memberikan apresiasi kepada pemegang saham, biasanya, emiten tidak akan ragu untuk mengeksekusi aksi korporasi tersebut. Hal yang sama juga berlaku pada Astra International.

Karena perusahaan tersebut sanggup mengantongi laba sebesar Rp28,94 triliun sepanjang tahun 2022, Astra International memutuskan untuk membagikan dividen interim senilai Rp25,90 triliun atau setara dengan Rp640 per lembar. Setelah melewati serangkaian proses, perusahaan tersebut telah membagikan dividen pada 19 Mei 2023 lalu.

Aksi korporasi lain yang cukup sering dilakukan oleh perusahaan multinasional tersebut adalah akuisisi. Pada awal bulan Juli 2023, melalui anak perusahaannya, yaitu PT Astra Land Indonesia, Astra International mengambil alih PT Jaya Mandarin Agung alias pengelola Hotel Mandarin Oriental Jakarta. Merujuk dari keterbukaan informasi, dikabarkan bahwa aksi yang melibatkan dua perusahaan itu bernilai US$85 juta.

Baca Juga: Buktikan Ketangguhan Jalani Bisnis, Intip 6 Aksi Akuisisi Astra International Sepanjang 2020–2023!

Selain itu, lagi-lagi melalui anak perusahaannya, yakni United Tractors, Astra International mengakuisisi saham PT Stargate Mineral Asia. Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis pada akhir tahun 2022, diketahui bahwa perusahaan tersebut menggelontorkan US$271,81 juta atau setara dengan Rp4,27 triliun. Saham tersebut kemudian diserahkan kepada PT Danusa Tambang Nusantara, anak perusahaan United Tractors.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: