Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siapkah Indonesia Terseret Konflik Timur dan Barat Jika Masuk BRICS?

Siapkah Indonesia Terseret Konflik Timur dan Barat Jika Masuk BRICS? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K

Dinamika Internal dan Eksternal BRICS

Dalam lingkup internal BRICS, penting untuk memahami bahwa kelima negara anggotanya, meskipun sama-sama merupakan kekuatan ekonomi yang sedang tumbuh dan berkembang, memiliki prioritas nasional, budaya, dan sosial yang berbeda. Dari perspektif ekonomi, India dan China sering kali dianggap sebagai dua "raksasa" Asia dengan pertumbuhan yang pesat, sementara Brasil merupakan pemimpin ekonomi di Amerika Selatan.

Di sisi lain, Rusia dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya, terutama energi, sedangkan Afrika Selatan menjadi kekuatan utama di benua Afrika. Ketegangan internal sering kali muncul dari persaingan untuk dominasi regional, atau dari pendekatan yang berbeda terhadap masalah global, seperti perubahan iklim atau perdagangan internasional. Namun, ada pula momen kolaborasi, seperti inisiatif bersama dalam pengembangan infrastruktur atau kerja sama teknologi.

Secara eksternal, BRICS sering kali dilihat sebagai balasan atau alternatif terhadap dominasi Barat dalam institusi keuangan internasional, seperti IMF atau Bank Dunia. Hubungan antara kelompok ini dengan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, sering kali bersifat ambivalen.

Di satu sisi, ada keinginan untuk kerja sama ekonomi dan investasi. Namun di sisi lain, ada keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan institusi keuangan berbasis Barat. 

Hal ini menciptakan dinamika yang menarik, di mana BRICS berusaha memperkuat diri sebagai blok independen sambil tetap menjalin hubungan yang menguntungkan dengan negara-negara lain. Hal ini terlihat dari upaya pembentukan bank investasi infrastruktur oleh BRICS dan inisiatif lainnya yang menunjukkan keinginan kelompok ini untuk memiliki lebih banyak suara dalam urusan ekonomi global.

Geopolitik dan Ketegangan Global

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah menyaksikan perubahan signifikan dalam lanskap geopolitik. BRICS, sebagai entitas kolektif, muncul dalam konteks global ini, memberikan kontribusi pada dinamika ketegangan dan kerja sama. Saat negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutunya, terus memegang kendali atas banyak institusi dan norma internasional, BRICS telah mencari cara untuk menantang atau setidaknya menyeimbangkan dominasi tersebut. 

Misalnya, dengan pembentukan Bank Pembangunan New Development Bank (NDB), BRICS telah menunjukkan kemampuannya untuk menciptakan institusi keuangan alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan negara-negara berkembang tanpa harus bergantung pada struktur yang sudah ada.

Namun, bukan hanya soal keuangan, ketegangan geopolitik juga tampak dalam arena lain, seperti teknologi, perdagangan, dan militer. Dengan teknologi, ada pertarungan antara Barat dan negara-negara BRICS, khususnya China, tentang standar teknologi dan keamanan siber. 

Dalam bidang perdagangan, tarif dan sanksi sering kali menjadi alat taktik yang digunakan untuk mencapai tujuan geopolitik. Dalam aspek militer, kehadiran militer yang meningkat di beberapa wilayah, seperti Laut China Selatan atau perbatasan India-China, menunjukkan bagaimana ketegangan geopolitik bisa memengaruhi kestabilan regional.

Melalui semua ini, BRICS berperan sebagai aktor kunci dalam perubahan dinamika global, sering kali menjadi pemain yang dapat menghubungkan atau memperdalam ketegangan antara Timur dan Barat.

Ekonomi BRICS: China dan India sebagai Pemacu 

China dan India, sebagai dua ekonomi terbesar dalam kelompok BRICS, memainkan peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan stabilitas ekonomi kelompok ini. Kedua negara ini, dengan populasi gabungan yang mencapai lebih dari sepertiga dari total populasi dunia, memiliki pasar konsumen yang sangat besar, menarik investasi asing, dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi strategis. 

China, dengan kebijakan "Reformasi dan Pembukaan" yang diterapkan sejak akhir 1970-an, telah berubah dari ekonomi agraris menjadi salah satu pabrik dunia, memproduksi barang-barang konsumsi bagi pasar global. Keberhasilan model ekonomi China ini telah memberikan inspirasi bagi banyak negara berkembang lainnya, termasuk anggota BRICS.

Sementara itu, India dengan ekonominya yang beragam dan sektor jasa yang kuat, terutama dalam teknologi informasi dan outsourcing, telah memposisikan dirinya sebagai pusat inovasi dan jasa global. 

Meskipun India memiliki tantangan infrastruktur dan birokrasi yang lebih kompleks dibandingkan China, negara ini telah menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara konsisten dan menarik investasi asing. Dalam beberapa tahun terakhir, India juga telah memperluas fokusnya pada sektor manufaktur dengan inisiatif "Make in India," mencoba meniru kesuksesan model produksi China. 

Kedua negara ini, meskipun memiliki pendekatan dan tantangan yang berbeda, telah menjadi pemacu utama pertumbuhan ekonomi BRICS dan akan terus memainkan peran penting dalam menentukan arah kelompok ini di masa depan.

Kesimpulan: Mempertimbangkan Kedaulatan dan Kesejahteraan Indonesia

Sebagai negara dengan populasi besar dan ekonomi yang berkembang, Indonesia memiliki banyak potensi. Keputusan untuk bergabung dengan BRICS atau kelompok internasional lainnya harus selalu mempertimbangkan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat. Seperti yang ditekankan oleh Prof Fadhil, penting bagi Indonesia untuk membangun ekonomi domestik yang kuat sebagai landasan utama pertimbangan kebijakan luar negeri.

Baca Juga: Dunia di Ambang Krisis Geopolitik: Sebuah Refleksi dari KTT BRICS di Afrika Selatan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: