Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lembaga Pengelola Investasi Ungkap Kapasitas Pusat Data Indonesia Masih Tertinggal: Ini Peluang

Lembaga Pengelola Investasi Ungkap Kapasitas Pusat Data Indonesia Masih Tertinggal: Ini Peluang Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
Warta Ekonomi, Jakarta -

CEO Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) Ridha Wirakusumah mengungkapkan bahwa kapasitas pusat data di Indonesia masih jauh tertinggal dari Singapura yang memiliki kapasitas 700 megawatt.

“Singapura, negara kecil yang terhormat dengan populasi 5 juta orang, memiliki pusat data berkapasitas 700 megawatt. Indonesia yang berpenduduk 280 juta jiwa, hanya punya 135 megawatt. Jadi, seperti seperenam luas Singapura,” ungkap Ridha memaparkan kondisi investasi Indonesia di panel diskusi Investing in ASEAN Infrastructure di acara Bloomberg CEO Forum Asia Tenggara di Jakarta pada Rabu (6/9/2023).

“Jadi Indonesia jauh tertinggal bahkan dari tetangga kita yang luar biasa seperti Singapura,” sambungnya singkat. 

Baca Juga: COO Xendit Akui Tantangan Implementasi Pembayaran QR di Asia Tenggara Kompleks Sekali

Ridha menambahkan, hadirnya kecerdasan buatan (AI) justru akan membutuhkan banyak data pula. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan negara, pertumbuhan pusat data meningkat lebih dari dua kali lipat.

“Jadi, ini adalah peluang luar biasa yang akan kami bangun di Indonesia, dan itu sebenarnya membutuhkan tenaga yang sangat besar,” tambah Ridha.

Sebagai lembaga pengelola investasi, LPI atau INA memiliki empat sektor yang difokuskan, mulai dari infrastruktur fisik, layanan kesehatan, energi, dan infrastruktur digital. Nah, pembangunan pusat data termasuk bagian dari infrastruktur digital.

“Kami sekarang sedang mengerjakan GDS untuk membangun pusat data,” ujar Ridha saat di awal sesi. 

Pertama adalah infrastruktur fisik, mulai dari pembangunan jalan, pelabuhan laut, bandara, serta infrastruktur logistik, dan ini semua melibatkan sejumlah investor.

Kedua adalah layanan kesehatan. Bersama mitra LPI atau INA, Ridha mengakuisisi perusahaan farmasi terbesar dan menjadi jaringan rumah sakit terbesar dalam waktu dekat.

Ketiga adalah bidang energi, khususnya transisi energi. Dan yang keempat adalah digital. Ridha memaparkan bahwa "terdapat empat cara kita memandang digital, mulai dari infra digital, layanan digital, serta perdagangan digital,” pungkas Ridha. 

Baca Juga: Bahas Pembayaran QR Antarnegara, Xendit: Sektor Swasta Perlu Bekerja Sama

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: