IDAI Semarang Bantah AMDK Galon Polikarbonat Sebabkan Gangguan Kelenjar Prostat Janin dan Diabetes
Semarang-Hingga saat ini belum ada satupun data yang menunjukkan bahwa ada anak-anak yang sakit itu karena telah menggunakan air minum dalam kemasan galon polikarbonat.
Bahkan, pasien-pasien kronis pada anak seperti leukimia atau kanker darah dan diabetes pun tidak ada hubungannya sama sekali dengan air minum dalam kemasan galon polikarbonat ini.
Hal itu disampaikan Sekretaris Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Korwil Semarang dr. Setya Dipayana, Sp.A, yang sehari-harinya bekerja di RSUD Tugurejo Semarang.
Dia menjelaskan pada prinsipnya penyakit-penyakit yang sering terjadi pada anak-anak adalah penyakit musiman atau penyakit-penyakit akut yang maksimal satu minggu sudah membaik.
“Tapi, untuk penyakit-penyakit kronis seperti kanker, diabetes, kelenjar prostat yang seringnya dialami oleh orang dewasa, itu jarang terjadi pada anak-anak,” ujarnya.
Kalaupun ada anak-anak yang mengalami penyakit diabetes, menurut dokter Setya, itu biasanya karena penyakit bawaan atau turunan. Sementara, kalau kanker pada anak seperti leukemia, itu penyebabnya masih diteliti hingga saat ini.
"Jadi, tidak ada sama sekali saya temukan ada kaitannya dengan air minum kemasan galon (polikarbonat),” ungkapnya.
Begitu juga dengan penyakit gangguan tumbuh kembang anak yang berkaitan dengan kerusakan pada otak, menurut dokter Setya, itu bisa didapatkan anak dari gangguan di dalam kandungan atau juga gangguan pada saat kelahiran.
Dia mengatakan pada pasien-pasien yang ada gangguan pada saat kelahiran seperti gangguan kekurangan oksigen, itu bisa menyebabkan terjadinya kerusakan otak.
"Sebab, otak kita jika kekurangan oksigen tujuh detik saja, itu bisa timbul kerusakan otak yang mendalam. Kerusakan otak kalau terjadi pada bayi itu hilangnya susah, itu masalahnya,” ucapnya.
Dia juga mengutarakan tidak pernah menemukan gangguan kelenjar prostat pada anak-anak. Yang ada itu, katanya, hanya peradangan di saluran kemihnya sehingga terjadi sedikit pembengkakan.
"Itu fimosis namanya. Dan untuk kondisi ini, dengan disunat saja itu sudah sembuh. Tapi kalau prostat itu peradangannya terjadi di dalam. Dan itu juga bukan disebabkan oleh air minum kemasan galon polikarbonat tapi karena tumor atau kelainan bawaan,” tukasnya.
Kata dokter Setya, anak-anak membutuhkan nutrisi yang cukup agar tumbuh kembangnya menjadi optimal. Nutrisi itu ada nutrisi makro dan nutrisi mikro dan nutrisi makro, yang terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein, mikro vitamin dan mineral.
Menurutnya, mineral ini tidak bisa diproduksi oleh tubuh dan harus menggantungkan dari asupan di luar, baik itu berupa makanan maupun minuman.
"Itulah sebabnya, cairan-cairan yang mengandung mineral termasuk yang ada di dalam air minum galon (polikarbonat) sangat dibutuhkan anak-anak untuk proses tumbuh kembangnya,” tuturnya.
Menurutnya, mineral-mineral yang ada dalam air kemasan galon polikarbonat seperti kalsium, magnesium, natrium, dan selenium sangat dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang anak.
"Kalsium sendiri itu fungsinya untuk tulang dan lemak, magnesium untuk aktivitas anak, natrium untuk penguatan otot dan untuk pencernaan serta jantung,” tukasnya.
Karenanya, dia juga merasa heran jika ada pihak-pihak yang mengatakan air kemasan galon polikarbonat itu bisa membahayakan kesehatan anak.
"Sebab, sampai saat ini, saya tidak pernah menemukan pada pasien-pasien yang yang tangani sakit hanya karena minum air galon. Untuk mengatakan air minum ini berbahaya atau tidak bagi kesehatan itu perlu pembuktian dan itu tidak gampang,” katanya.
Secara umum jumlah kebutuhan cairan anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 800 mililiter (ml) atau sekitar 2–3 gelas untuk anak usia 7–12 bulan; 1,3 liter atau sekitar 5 gelas untuk anak usia 1–3 tahun; 1,7 liter atau sekitar 6–7 gelas untuk anak usia 4–8 tahun; 2,1–2,4 liter atau 8–10 gelas untuk anak usia 9–13 tahun; 2,3–3,3 liter atau sekitar 9–13 gelas untuk anak usia diatas 14 tahun.
Menurutnya, perlu diperhatikan bahwa pada beberapa kondisi, anak memerlukan masukan cairan yang lebih banyak seperti saat olahraga, cuaca yang panas/sangat dingin, dan saat berpergian jauh.
"Pada kondisi tersebut, perlu dipastikan bahwa anak memiliki akses untuk mengkonsumsi cairan. Karena, anak lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding orang dewasa karena memiliki sensibilitas rasa haus yang lebih rendah serta tidak dapat mengekspresikan rasa haus dengan baik," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement