Strategi dan Cara CEO SEEK Asia Pertahankan Pasar Tenaga Kerja di Indonesia dan Asia
Induk perusahaan platform rekrutmen daring (online) terkemuka JobStreet, SEEK, memberikan kontribusi pada kehidupan banyak orang dalam skala global dan menarik lebih dari 500 juta kunjungan per tahun di enam pasar yang dioperasikan: Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
CEO SEEK Asia, Peter Bithos menceritakan bagaimana cara dan strategi perusahaan untuk tetap relevan dan mempertahankan pasar tenaga kerja di Indonesia dan Asia. Berikut wawancaranya dengan Warta Ekonomi secara langsung di Jakarta pada Selasa (12/9/2023).
Panduan Gaji 2023 yang diterbitkan di Malaysia memperlihatkan bahwa gaji karyawan telah mengalami kestabilan yang signifikan tahun ini, tetapi kondisi makroekonomi saat ini masih tidak pasti. Mengapa dan bagaimana itu terjadi?
Baca Juga: Cerita CEO Kaspersky Bangun Perusahaan Hampir 26 Tahun, Fokus ke Sektor Keamanan secara Menyeluruh
Saya pikir itu adalah peristiwa yang sangat terkait, bukan? Ini yang kami dengar dari rekruter, bukan? Perekonomian makro. Jadi, Indonesia sejauh ini berjalan baik. Namun, orang-orang merasa gugup, perusahaan merasa gugup. Tidak ada yang tahu apakah akan terjadi perlambatan global. Oleh karena itu, perusahaan sedikit lebih konservatif dalam merekrut dan menaikkan gaji. Pada akhirnya, sebabnya itu berasal dari suku bunga global, semua yang kita lihat di Indonesia.
Kegugupan itu datangnya dari luar Indonesia. Tidak banyak rekruter yang merasa khawatir dengan Indonesia sendiri. Namun sebagian besar perusahaan khawatir perekonomian global akan melambat. Ada masalah yang terjadi di Tiongkok. suku bunga global membuat segalanya menjadi sangat mahal, perang Ukraina, siapa yang tahu kan?
Ada banyak ketidakpastian dan hal ini menyebabkan perekrutan menjadi sedikit lebih lambat, dan pertumbuhan gaji menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Saya pikir, rekruter dan pelanggan sama seperti pendapat saya, mereka sangat optimis soal Indonesia, namun masih sangat tidak pasti, dalam konteks global global.
Untuk talenta di sektor teknologi, saat ini masih tech winter, bagaimana tanggapan Anda?
Ya, bahkan di Indonesia. Sektor teknologi “gone” karena ini adalah tahun yang sangat sulit. Ya, bahkan di Indonesia, kan? Jadi kami telah melihat gaji sebenarnya turun dalam beberapa kasus di bidang teknologi. Perekrutan pasti mengalami kemunduran. Tentu saja. Bukan hanya tidak ada perekrutan, hanya akan melambat saja. Itu menjadi, Anda tahu kan, di beberapa kasus, banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Pembekuan perekrutan (hiring freeze), PHK lagi.
Jadi perbedaannya dalam sektor teknologi adalah, dalam banyak kasus, baik perusahaan rintisan (startup) maupun perusahaan besar, bisa saja Grab atau Tokopedia, startup dan perusahaan besar tumbuh sangat, sangat, sangat cepat. Dan mereka tumbuh terlalu cepat, dan kini mereka menyesuaikan diri dengan apa yang mereka lihat sebagai lingkungan saat ini. Nah, sedang terjadi saat ini. Tidak hanya di Indonesia. Ini juga terjadi di Singapura, di seluruh Asia Tenggara, dan Australia. Jadi di seluruh Asia Pasifik, hal ini terjadi.
Hasilnya, gaji para pekerja sektor teknologi pasti turun sedikit dan tidak banyak perekrutan, kenyataannya, dalam banyak kasus, terjadi pembekuan perekrutan dan PHK.
Kabar baiknya adalah bagi para kandidat dan perusahaan. Jika Anda memiliki keterampilan teknologi, keterampilan tersebut tetap diperlukan, namun belum tentu di perusahaan teknologi.
Jadi masih ada kekurangan talenta teknologi di Jakarta. Namun hal ini disebabkan karena sebenarnya 90% perusahaan lain bukanlah perusahaan teknologi dan mereka masih membutuhkan pekerja di sektor teknologi. Jadi jika Anda seorang pekerja teknologi dan Anda di-PHK, dan Anda memiliki keterampilan teknologi, dalam banyak kasus, Anda akan menemukan pekerjaan dengan cepat. Namun Anda mungkin tidak menemukan sesuatu di perusahaan teknologi. Mungkin saja bank, konglomerasi, perusahaan media, perusahaan periklanan, dan lainnya, tetapi perusahaan teknologi akan mengambil langkah mundur, namun talenta teknologi masih banyak diminati.
Jadi, ini dapat dikatakan, terjadi kelebihan talenta atau oversupply di sektor teknologi?
Ya, jadi permintaan terhadap talenta teknologi secara keseluruhan masih sangat kuat. Namun permintaan terhadap talenta teknologi di perusahaan teknologi tidaklah kecil.
Misalnya, saya merekrut Android engineer, mungkin dia tidak bisa kerja di Lazada. Namun ia kini bisa mendapatkan pekerjaan di Bank Mandiri. Karena Bank Mandiri sangat membutuhkannya. Dan mereka tidak bisa mempekerjakannya tiga tahun lalu. Mereka tidak mampu menggajinya dengan cukup. Dulu belum semenarik Gojek atau apa pun sekarang, sekarang Anda bisa mencari talenta lebih mudah. Lebih mudah ya, bukan gampang. Oleh karena itu, talenta teknologi masih banyak diminati. Hanya saja, ini tidak banyak datang dari perusahaan teknologi.
Selain SEEK, masih banyak kompetitor perusahaan ini di luar sana, misalnya LinkedIn, Kalibrr, dan lainnya. Bagaimana SEEK menonjol di Indonesia dan Asia?
Ini adalah kompetitor yang sangat berbeda. Jadi ada banyak platform global. Kami bahas sedikit tentang LinkedIn. Ya, tapi mereka adalah startup. demikian juga di Indonesia, salah satu dari beberapa negara yang memiliki banyak startup di dunia kerja. Menurut saya, satu kesamaan yang kita miliki adalah semua platform, kami semua menyadari bahwa pasar tenaga kerja di Indonesia sangat kacau, dan tidak mudah. Tidak mudah menemukan talenta, dan tidak mudah menemukan pekerjaan yang cocok untuk Anda. Dan kami semua berusaha memecahkan masalah itu.
Faktanya ada lima startup di Indonesia yang fokus pada hal ini, ada platform global dan platform regional seperti kami dan kompetitor kami. Orang-orang menyadari bahwa perekonomian Indonesia layak dijadikan investasi, dan masih banyak permasalahan di pasar kerja yang perlu diperbaiki.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement