BP Berau Ltd (BP) sebagai operator Tangguh dan bertindak atas nama Kontraktor Kontrak Kerja Sama Bagi Hasil (PSC) Tangguh menggandeng PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) guna menggali potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Tangguh terkait dengan potensi pengembangan amonia biru di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Adapun studi yang dilakukan oleh Pertamina bertujuan untuk mendukung potensi pertumbuhan dalam industri petrokimia, khususnya di Papua Barat sebagai upaya untuk membantu meningkatkan ekonomi lokal.
MoU ini juga membuka jalan bagi BP dan Pertamina dalam mendukung transisi energi dengan menyediakan produk energi bersih melalui Tangguh CCUS.
Baca Juga: Tekan Emisi Gas Rumah Kaca, Wapres Paparkan Empat Strategi Tingkatkan Sumber Energi Bersih
Saat ini Pertamina sedang mempelajari peluang untuk mengoptimalkan potensi pasokan gas di Teluk Bintuni, Papua Barat, serta memanfaaatkan Tangguh CCUS untuk memproduksi amonia biru, sebagai salah satu alternatif energi bersih untuk masa depan. Upaya kolaboratif ini dapat menjadi terobosan dalam membuka jalan untuk memproduksi energi bersih dari negara ini.
BP Regional President Asia Pacific, Gas & Low Carbon Energy, Kathy Wu mengatakan sebagai perusahaan energi yang telah beroperasi di Indonesia lebih dari lima dekade, kami dengan bangga mendukung Pertamina dan pemerintah Indonesia dalam agenda net zero emission melalui potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Tangguh.
"MoU ini menandakan kerja sama strategis kami dengan Pertamina," ujar Kathy dikutip, Kamis (21/9/2023).
Sementara itu, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Aditiyawarman mengatakan, KPI berkomitmen untuk menyelesaikan Trilema Energi dengan menyediakan energi yang tidak hanya mencukupi dan terjangkau.
Taufik menyebut, selain menyelesaikan tugas tersebut perseroan juga memastikan energi berkelanjutan bagi negara dengan agresif mengeksplorasi energi bersih alternatif baru, termasuk amonia biru, yang merupakan salah satu pendorong utama produksi listrik bersih dengan co-firing.
"Sebagai pelaku usaha bidang refineri dan petrokimia hilir, kolaborasi PT KPI dengan perusahaan hulu minyak dan gas untuk membawa teknologi CCS adalah faktor penting dalam mencapai sertifikasi Biru dengan mengurangi lebih dari 70% emisi CO2 dari proses produksi Amonia. MoU ini merupakan awal dari upaya kolaboratif antara Pertamina dan BP untuk mendukung agenda net zero emission yang telah menjadi komitmen penting pemerintah Indonesia," ujar Taufik
Baca Juga: Semakin Serius, Begini Jurus Transisi Energi Indonesia Menuju Net Zero Emission
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement