Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kejar Target Produksi, Ini yang Dilakukan SKK Migas

Kejar Target Produksi, Ini yang Dilakukan SKK Migas Pekerja beraktivitas di lokasi sumur eksplorasi minyak dan gas (migas) PT Lapindo Brantas Inc. di Dusun Kedondong, Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben, Jombang, Jawa Timur, Selasa (26/2/2019). Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan, produksi migas Indonesia akan bertambah 240.000 barel setara minyak (Barrel Oil Equivalent per Day/BOEP) pada 2019 seiring beroperasinya 13 proyek hulu migas pada tahun ini, dengan total nilai investasi USD 702 juta. | Kredit Foto: Antara/Syaiful Arif
Warta Ekonomi, Nusa Dua, Bali -

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebut sedang mengembangkan sistem critical infrastructure untuk memitigasi kemampuan peralatan dan fasilitas pendukung produksi migas. 

Kepala Divisi Produksi dan Pemeliharaan, Bambang Prayoga mengatakan, langkah tersebut dilakukan untuk memastikan kehandalan peralatan dan fasilitas produksi dalam mendukung optimasi produksi. 

Ia menyebut bahwa, selama ini terdapat beberapa permasalahan dalam manajemen fasilitas produksi antara lain kurangnya kontrol, ketersediaan peralatan, kemampuan kapasitas dari infrastruktur serta tantangan keekonomian.

Baca Juga: Siap Perluas Kerja Sama Migas, DPR Support Investasi Induk Usaha Petrochina Jabung

Bambang menilai, salah satu poin krusial untuk mengatasi tantangan tersebut adalah melalui pendataan komperehensif yang dilakukan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan SKK Migas. Melalui pendataan tersebut, akan ditentukan rencana pemelihataan ataupun pemanfaatan fasilitas ataupun peralatan di masa depan. 

“SKK Migas mengembangkan PC 2B yaitu sistem cricital infrastructure. Sistem ini untuk memudahkan investor dalam mengambil keputusan investasi. Ini dapat langsung diawasi oleh KKKS," ujar Bambang dalam acara ICIOG, Jumat (22/9/2023). 

Sementara itu, Direktur Pengembangan dan Produksi Pertamina Hulu Energi (PHE), Awang Lazuardi, mengatakan perawatan fasilitas produksi juga berhubungan erat dengan keberlanjutan produksi blok migas di masa depan. 

Menurutnya, upaya penemuan cadangan yang saat ini masif dilakukan akan sangat dipengaruhi keberhasilannya dengan ketersediaan fasilitas produksi yang mumpuni.

"Kita harus mempertahankan produksi, salah satu caranya ialah maintaining facility, jadi jika ada temuan eksplorasi baru, bisa digunakan di masa depan," ujar Awang.

Awang menjelaskan, untuk urusan manajemen fasilitas, Pertamina dan seluruh anak usaha di sektor hulu sudah menerapkan sistem terintegrasi sehingga bisa mendeteksi infrastruktur mana yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan lapangan atau yang akan didecommissioning

"Kita berkomitmen 1 juta barel per hari saat ini 68% minyak, kita implementasi Asset Integrity Management System (AIMS), kita punya sistem evaluasi aset sesuai future plan, development atau commissioning," ujarnya. 

COO dan Direktur Utama Medco E&P, Ronald Gunawan menyatakan, KKKS pada dasarnya akan fokus ke kegiatan operasi produksi sehingga sangat diperlukan suatu sistem yang mengakomidir manajemen dalam perawatan fasilitas, misalnya seperti Abondanment Site Restoration (ASR). 

"Biaya ASR menjadi penting dan perlu diupdate secara regular. Karena pada dasarnya setiap tahun kita (perusahaan) sibuk mengurus produksi," ujar Ronald.

Baca Juga: SKK Migas dan KKKS Tanda Tangani Kontrak Kerja Sama Tiga WK Migas

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: