Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Awas Penipuan Online! Begini Tips Menghindarinya ala Co-Founder Lunch Actually

Awas Penipuan Online! Begini Tips Menghindarinya ala Co-Founder Lunch Actually Kredit Foto: Unsplash/Nasik Lababan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemahaman tentang "pencegahan penipuan" masih belum terlalu disadari, sehingga perlu digalakan pengetahuan dan instruksi tentang penipuan serta pencegahannya. Banyak jenis penipuan dan tindakan curang termasuk phishing, pencurian identitas, penipuan telemarketing, penipuan online, penipuan berkedok cinta, dan banyak lagi. 

Penipuan berkedok cinta berkontribusi terhadap peningkatan angka penipuan setiap tahunnya. Pada tahun 2020, 39% lajang di Indonesia mengalami banyak penipuan melalui aplikasi kencan. Pada tahun 2021 jumlahnya meningkat menjadi 42% dan 54% pada tahun 2022.

Para penipu cukup pintar dalam mempermainkan psikologi para korbannya. Penipu berkedok cinta biasanya akan mulai menceritakan masalah mereka kepada korban untuk mendapatkan simpati. Taktik lain yang diketahui sering digunakan oleh para penipu adalah memiliki anggota keluarga yang sakit atau sekarat, memiliki bisnis yang tidak berjalan dengan baik, mencoba berinvestasi dalam bisnis baru tetapi mengalami masalah, tidak memiliki keluarga atau teman yang dekat, dan tidak ada orang lain yang bisa dimintai tolong. Dari sini, mereka perlahan-lahan akan meminta cadangan korban terkait donasi atau meminjamkan uang.

Baca Juga: Peretasan dan Penipuan Kripto Meningkat 153% YoY di Kuartal III 2023

Orang yang masih lajang mungkin lebih mudah menerima hubungan romantis dan memiliki kebutuhan yang besar untuk ditemani. Para penipu sering kali mengambil keuntungan dari keinginan untuk kedekatan emosional dan cinta ini. Dengan keterbukaan mereka tentang masalah kehidupan pribadi mereka, para lajang cenderung cepat merasa tersentuh dan ingin berkontribusi untuk membantu mereka. 

CEO dan Co-Founder Lunch Actually membagikan tanda bahaya sederhana yang mungkin berguna bagi para lajang untuk lebih waspada terhadap penipuan berkedok cinta, terutama melalui aplikasi kencan, bersama dengan beberapa tips untuk membantu para lajang agar tidak menjadi korban:

  • Kisah hidup mereka biasanya terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Jika seseorang menunjukkan gaya hidup mewah seperti liburan di kapal pesiar, berkeliling dunia, atau berpose dengan mobil sport mereka, dan sebagainya. Pastikan Anda tidak langsung mempercayainya. Saat ini, apa pun bisa disewa, termasuk barang-barang mewah.
  • Mereka tidak pernah berasal dan menetap di kota yang sama dengan Anda. Penipu online cenderung berbasis di luar negeri. Atau, dalam skenario yang jarang terjadi, mereka akan selalu melakukan banyak perjalanan bisnis atau ditempatkan sementara di luar negeri untuk bekerja. Mereka selalu sibuk dan tidak dapat mengatur pertemuan dengan Anda. 
  • Jika orang yang dijodohkan dengan Anda terlalu cantik, seperti supermodel - Anda bisa menggunakan Google Reverse Image Search untuk mengecek keaslian foto-foto tersebut! Banyak penipu yang sering menggunakan foto-foto model secara online untuk berpura-pura seolah-olah foto tersebut adalah foto mereka. 
  • Saat kencan pertama, temuilah di tempat umum, seperti mal atau restoran, pada siang hari. Biasanya, penipu menghindari tempat umum karena mereka takut ada orang yang mengenali mereka. Jika pasangan Anda menghindari bertemu dengan Anda di tempat umum, Anda bisa mulai menaruh kecurigaan pada mereka. Bertemu dengan seseorang yang tidak Anda kenal di tempat umum, terutama pada siang hari, akan memberi Anda keuntungan berupa keamanan karena Anda bisa meminta bantuan kapan pun Anda merasa membutuhkannya.
  • Beritahu teman Anda bahwa Anda akan pergi berkencan, kapan, di mana, dan dengan siapa Anda akan bertemu. Berikan informasi spesifik kepada orang yang Anda percayai saat Anda akan pergi berkencan dengan seseorang yang Anda kenal melalui aplikasi kencan. Kirimkan live location, nomor telepon, dan detail spesifik lainnya tentang kencan tersebut. Mempersiapkan kencan yang aman lebih baik daripada lengah.

Sering membagikan tips tentang cara menghindari penipuan berkedok cinta, Lunch Actually, sebagai pelopor dan lunch dating agency terbesar di Asia, ternyata tidak terkecualikan sebagai sasaran para penipu. Bentuk penipuan baru muncul: penipuan e-mail di perusahaan multinasional!

Penipu yang mengetahui bahwa bahwa Lunch Actually berlokasi di 6 negara berbeda. Mereka bermain dengan jarak untuk menipu para karyawan. Dengan metode komunikasi utama yang digunakan perusahaan multinasional rata rata bersifat online, maka sangat mudah untuk menargetkan perusahaan multinasional dengan penipuan jenis ini.

Oleh karena itu, mereka berpura-pura menjadi CEO perusahaan besar dan menggunakan tekanan psikologis pada karyawan. Dengan demikian, mereka akan langsung menuruti perintah tanpa menindaklanjuti kebenarannya terlebih dahulu.

Untungnya, dengan pengalaman selama 19 tahun di industri kencan, Lunch Actually sudah sangat siap untuk mencegah penipuan termasuk jenis baru ini. Dalam kasus ini, penipu menyamar sebagai CEO kami, Violet Lim, melalui email dan berpura-pura menyiapkan hadiah untuk para karyawan. Penipu mencoba meyakinkan dengan meminta untuk membeli voucher hadiah, mengirimkan faktur, dan dia akan menggantinya segera.

Bentuk baru aksi penipuan ini tidak berhasil menipu satupun karyawan karena sudah ada peringatan sebelumnya dari tim terkait. Berikut ini beberapa tips untuk mencegah penipuan bagi perusahaan dan karyawannya:

  • Selalu mencari tahu dan membagikan informasi terkini - Pertahanan terbaik dari sebuah penipuan adalah pengetahuan. Mengikuti perkembangan skema dan teknik penipuan terbaru dapat menjadi bentuk pencegahan utama. Pastikan untuk berbagi dengan para karyawan agar mereka tetap mengetahui tren penipuan saat ini dan tetap mengikuti perkembangan praktik keamanan terbaru. Mempertahankan pendekatan proaktif untuk melindungi perusahaan dan karyawan dari penipuan dan kecurangan sangatlah penting.
  • Berhati-hatilah saat menjelajahi internet - Hindari mengklik tautan yang mencurigakan dan mengunduh lampiran dari sumber yang tidak dikenal. Waspadai email penipuan; pastikan untuk mempercayai domain email perusahaan dan abaikan nama pengirimnya. Biasanya, penipu akan menggunakan nama CEO beserta jabatannya, tetapi jarang sekali mereka memiliki alamat email/domain yang sama.
  • Gunakan kata sandi yang kuat dan lindungilah data pribadi - Pastikan akun Anda memiliki kata sandi yang kuat dan unik, dan pertimbangkan untuk menggunakan pengelola kata sandi. Simpan informasi keuangan dan data pribadi Anda dengan hati-hati, baik secara online maupun offline. Pastikan Anda mengaktifkan Autentikasi Dua Faktor (2FA) untuk meningkatkan keamanan. Di mana pun Anda bisa, aktifkan 2FA untuk akun Anda yang sedang online.
  • Periksa lebih teliti setiap permintaan - Sebelum menjawab pertanyaan atau mengirimkan informasi apa pun sebagai tanggapan atas permintaan informasi pribadi atau keuangan yang tidak diminta, pastikan pemohon adalah orang yang terpercaya dengan menggunakan sumber yang juga dapat dipercaya.
  • Waspadai tanda-tanda bahaya - Bersikap skeptis terhadap tawaran yang tampak terlalu bagus dan indah untuk menjadi kenyataan atau taktik penjualan dengan tekanan tinggi, dan langsung laporkan penipuan tersebut. Jika Anda menemukan penipuan atau aktivitas penipuan, segera laporkan kepada pihak berwenang.
  • Periksa transaksi dan saldo Anda secara berkala - Tinjau laporan transaksi dan saldo Anda secara teratur untuk menemukan aktivitas yang tidak sah atau mencurigakan.

Biasanya kita berpikir bahwa orang yang lebih tualah kemungkinan besar menjadi korban penipuan karena mereka adalah target yang lebih mudah bagi para penipu. Mereka kurang berpengalaman dengan teknologi dan mungkin juga mengalami gangguan sensorik atau kognitif yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap penipuan.

Baca Juga: Pentingnya Literasi Digital di Dunia Pendidikan Agar Terhidar dari Hoaks, Penipuan Digital hingga Cyberbullying

Faktanya, para penipu saat ini lebih canggih dan menargetkan kaum milenial. Karena kaum milenial lebih sering online daripada orang yang lebih tua, kemungkinan terhadap penipuan terhadap kaum milenial pun meningkat.

"74% dari karyawan kami dan 41% dari klien kami adalah generasi milenial, yang pernah dihubungi oleh penipu. Saat ini, penipuan tidak lagi terbatas pada usia dan pekerjaan tertentu, semua orang dapat dengan mudah dihubungi oleh penipu dengan berbagai cara. Oleh karena itu, kita harus selalu mengikuti perkembangan skema penipuan terbaru. Sebagai perusahaan, kami juga perlu sering memperbarui dan berbagi teknik baru untuk mengatasi penipuan." ungkap Violet.

Masyarakat, organisasi bahkan perusahaan harus mulai menggunakan internet dengan lebih berhati-hati, memberikan informasi pribadi dengan hati-hati, dan tetap waspada terhadap penipuan yang lazim terjadi agar tidak menjadi korban.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: