Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendorong Transformasi Industri Pertahanan Nasional Indonesia
dalam Era Geopolitik Kontemporer

Mendorong Transformasi Industri Pertahanan Nasional Indonesia
dalam Era Geopolitik Kontemporer Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memasuki dekade kedua abad ke-21, gejolak geopolitik makin intens dengan fenomena disrupsi rantai pasok dan tren teknologi militer baru yang mengubah arah peperangan. Keberadaan sistem senjata otonom, robotika, machine learning, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) menghadirkan peluang dan tantangan baru bagi industri pertahanan. Untuk menghadapi situasi geopolitik yang semakin kompleks, Indonesia perlu melakukan transformasi industri pertahanan agar menjadi pemain unggul di arena global.

Seminar “Optimasi Industri Pertahanan Nasional Indonesia” yang digelar pada hari Selasa (24/10) membahas bagaimana Indonesia memiliki tanggung jawab untuk mengadopsi strategi pengembangan industri pertahanan yang cerdas untuk memenuhi kebutuhan pertahanan dan keamanan dalam konteks pasar senjata yang kian kompetitif. Seminar ini merupakan kerja sama antara lembaga riset Laboratorium Indonesia 2045 (LAB 45) dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).

Seminar dibuka oleh Dr. Suryadi, S.P., M.H. (Wakil Rektor III UMRAH) dan diikuti dengan keynote speech dari Laksda TNI Achmad Wibisono (Panglima Komando Armada I). Hadir sebagai pembicara Reine Prihandoko (Analis Utama Politik Keamanan LAB 45), Alban Sciascia (Direktur Semar Sentinel), dan Muhd. Ridho Baihaque (Dosen Teknik Perkapalan UMRAH), serta dipandu oleh moderator Sayed F. Riyadi (Dosen Hubungan Internasional UMRAH).

Reine Prihandoko (Analis Utama Politik Keamanan LAB 45) membagikan temuan hasil riset LAB 45 bahwa industri pertahanan Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam aspek ekonomi, birokrasi dan politik, serta institusional. Padahal, kemandirian industri pertahanan dibutuhkan untuk membangun kekuatan pertahanan Indonesia yang berdaya gentar. Untuk mengupayakannya bisa dimulai dengan memperhatikan skala keekonomian (economies of scale) yang mengubah belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista) menjadi investasi pertahanan, hingga mengeksplorasi potensi kerja sama dengan mitra asing seperti pembangunan pusat pemeliharaan dan perawatan (MRO).

Optimalisasi industri pertahanan nasional pada akhirnya diharapkan mampu mengakselerasi kemandirian industri pertahanan Indonesia dalam memproduksi alutsista hingga komponennya yang bersaing dalam rantai pasok global, serta terciptanya konektivitas pertahanan nasional dalam bentuk keterpaduan penggunaan alutsista modern oleh prajurit lintas matra, termasuk yang berteknologi dual-use.

Alban Sciascia (Direktur Semar Sentinel) meyakini bahwa dibutuhkan peta jalan yang tidak hanya untuk pengadaan alutsista berteknologi terkini, melainkan juga untuk menciptakan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan pertahanan dan keamanan dengan jaminan manfaat bagi industri pertahanan nasional seperti melalui ofset dan alih teknologi.

Selain itu, penting untuk mendorong kerja sama sektor swasta dan publik demi industri pertahanan yang lebih optimal. Contohnya, galangan kapal swasta lokal di Kepulauan Riau memiliki potensi besar untuk berpartisipasi dalam proyek industri pertahanan, mulai dari menjadi pemasok hingga dalam proyek bersama dengan PT PAL. Untuk itu, dibutuhkan upaya intensif untuk mendorong proyek-proyek ini yang akan membantu meningkatkan kematangan dan kapasitas industri pertahanan nasional.

Muhd. Ridho Baihaque (Dosen Teknik Perkapalan UMRAH) menyampaikan bagaimana pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam perancangan kapal menjadi salah satu inovasi dalam optimalisasi industri pertahanan Indonesia agar sejalan dengan perkembangan teknologi mutakhir. Teknologi panel surya menjadi generator perkapalan yang mampu menyalurkan energinya sebagai pengganti daya utama sistem kelistrikan. Inovasi ini membantu menghemat bahan bakar selama operasional dan mampu mengoptimalkan durasi operasional kapal. Kesiapan sumber daya manusia, terutama para mahasiswa, dengan demikian dibutuhkan agar meningkatkan kemampuan untuk terus berinovasi demi optimalisasi industri pertahanan nasional, hingga mampu bersaing dalam rantai pasok global.

Sayed F. Riyadi (Dosen Hubungan Internasional UMRAH) selaku moderator mengingatkan kembali bahwa tujuan utama dari seminar ini adalah untuk menginspirasi mahasiswa agar mempersiapkan diri untuk berperan aktif dalam memperkuat penta helix (pemerintah, pengusaha, akademisi, masyarakat, media) sehingga mampu bersaing dalam rantai pasok global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: