Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Minim Partisipasi Global Sulit Buat Indonesia Jadi Negara Maju, Anies Baswedan: Harus Dikoreksi!

Minim Partisipasi Global Sulit Buat Indonesia Jadi Negara Maju, Anies Baswedan: Harus Dikoreksi! Bakal calon presiden Anies Baswedan menyampaikan materi saat menghadiri US-Indonesia Investment Summit di Jakarta, Selasa (24/10/2023). Acara bertema Mapping the Legacy, Navigating the Culture itu membahas rekomendasi iklim investasi Indonesia usai era pemerintahaan Presiden Joko Widodo. | Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Calon presiden dari koalisi perubahan Anies Baswedan melontarkan kritik ke pemerintah karena menilai Indonesia minim partisipasi di agenda global serta forum-forum dunia.

Hal ini Anies sampaikan di acara Pidato Calon Presiden Republik Indonesia: Arah dan Stategis Politik Luar Negeri” pada Rabu (8/11/23) yang diselenggarakan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia.

Anies tak menampik Indonesia merupakan salah satu negara besar yang ambil bagian di event seperti G20, sayangnya menurut Anies keaktifan Indonesia di forum-forum dunia lainnya tak ditunjukkan oleh pemimpin yang ada saat ini.

Pada akhirnya menurut Anies, tak mampunya Indonesia ikut dalam forum dunia akan menyulitkan Indonesia sendiri yang saat ini menargetkan jadi negara maju.

Baca Juga: Anies Baswedan: Indonesia saat Ini Penuh dengan Ketidakadilan

“Secara skala ekonomi kita besar bagian dari G20, tapi agenda dasar negara maju dan besar tidak jadi bagian dari kita karena kita nggak ngobrol di forum internasional, Indonesia bukan dianggap bagian klub, ini yang menurut kami harus dikoreksi ke depan,” jelasnya.

Anies juga mengkritik pemerintah Indonesia yang meurutnya saat ini sudah banyak pihak yang menyebut Indonesia minim partisipasi dalam agenda internasional dan hanya akan ikut jika menguntungkan saja alias transaksional.

Padahal menurut Anies, Indonesia punya tanggung jawab sebagai bagian dari dunia untuk aktif terlibat dalam agenda-agenda bersama.

“Berbagai pihak menilai selama ini politik luar negeri kita bersifat transaksional, artinya Indonesia bergerak ketika politik luar negeri memberikan keuntungan investasi, perdagangan, dan bukan sebagai tanggung jawab sebagai warga dunia,” jelas Anies.

Sebagai contoh, Anies menyinggung soal manuver pemerintah saat invasi Rusia ke Ukraina beberapa waktu lalu.

Menurut Anies pemerintah lebih condong mengangkat masalah pangan dibandingkan agenda besar lain terkait situasi di Ukraina.

Anies menegaskan sikap transaksional dalam kebijakan politik luar negeri akan jadi masalah ke depannya.

“Kita mengejar kepentingan sempit dalam berhubungan internasional, bahkan ketika peristiwa invasi ke Ukraina dan kita hadir ke sana, maka kita bicara mengamankan mata rantai suplai pangan kita, nah ini kan lebih besar daripada pasokan pangan,” ungkapnya.

Baca Juga: Fadli Zon Sebut 'Garis Tangan Hingga Campur Tangan Tuhan' Gibran bin Jokowi Jadi Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024

“Pertemuan pemimpin global tahunan, kita di mana? Kita harus kembali hadir di sana dan harus membawa pesan ‘kami warga dunia penduduk No. 4 terbesar dan salah satu negara demokrasi terbesar punya agenda ini-itu untuk dunia yang harus jadi perhatian’. Kami melihat ini jadi masalah kalau transaksional seperti itu,” tambahnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif CSIS Indonesia Yose Rizal Damuri mengungkapkan pihaknya merasa perlu mengangkat isu kebijakan luar negeri ke masyarakat mengingat momen Pilpres sebentar lagi akan berlangsung.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: