Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sambut Nataru, CEO JumpStart Ungkap Strategi Kejar Pertumbuhan Bisnis dan Ekspansi

Sambut Nataru, CEO JumpStart Ungkap Strategi Kejar Pertumbuhan Bisnis dan Ekspansi Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Dari 2.000 mesin kopi pintar dan vending machine di kota-kota besar seperti Bandung, Jabodetabek, Surabaya, Malang Bali dan lainnya, apakah akan bertambah ke Indonesia Timur? 

Sejujurnya kami belum sempat kesana. Jadi kami tahunya, kalau kota besar yang mungkin Lombok, itu juga misalkan, Makassar, lebih ke kota-kota dulu seperti Manado. 

Baca Juga: Komitmen Jalankan Bisnis Berkelanjutan, Peruri Raih Penghargaan ESG Disclosure Transparency Award 2023

Kami belum sempat untuk pelajari detail, tapi memang kami berharap bisa masuk ke kota-kota itu. Kalau UMKM, karena kami juga bukan warga sana, kami juga kurang paham. Nah kalau misalnya ada partner lokal, kadang-kadang kan perbankan juga punya Divisi UMKM-nya. Nah ke depan kami akan coba konsultasi ke mereka. Sebenarnya siapa sih ini yang bisa bareng-bareng kita semua kolaborasikan. Itu ke depannya. 

Tantangan industri F&B, selain kondisi makroekonomi, juga daya beli masyarakat yang sedang rendah, bagaimana JumpStart mengakali hal ini? 

Kami selalu coba kombinasikan data, kami mengobrol juga dengan pelanggan. Kalau dari kami ya, kami fleksibel. 

Misalnya dari mesinnya itu produk yang ada di rumah sakit, ada di pabrik, itu bisa beda produknya, karena kan kebutuhannya beda. Kalau di pabrik, apakah mereka lebih terjangkau, atau kalau misalkan di rumah sakit untuk yang lebih sehat begitu. Itu memang kami sesuaikan juga seperti itu. Kami tanya juga ke pelanggan, kira-kira minatnya pada produk apa.

Jadi, dari situ dan kami kurasikan produknya. Sama mestinya, dan kadang-kadang juga ada trennya, mungkin lagi trending rasa ini, atau mungkin lagi trending topik ini, jadi mungkin ya dari UMKM yang mau produksi bisa coba dibuat variasinya seperti itu. 

Kondisi pandemi lalu membuat Jumpstart menurun performanya hingga 80-90%, lantas bagaimana progres saat ini? 

Pas pandemi, kami masih punya sekitar 400-an mesin. Karena kami merasa, ya tetap harus lanjut, karena ada tim, bagaimana pun sudah seperti keluarga kami. Terus kami cari akal. Makanya mesin kami sekarang sudah bisa bertambah, yang 2000-an. 

Sekarang kan kantor-kantor, karyawannya sudah banyak yang kembali lagi ke kantor. Jadi kami mulai kembali juga ke lokasi-lokasi yang dulu kami keluar sementara, seperti di bandara. Dulu kan kami juga ada, terus kami keluar dulu, sekarang kami sudah mau masuk lagi. Jadi sudah membaik, sudah kembali sebelum pandemi. 

Soal profit, memang sebagai startup, kami prinsipnya harus tetap kejar profitabilitas. Tahun lalu kami berhasil untuk meraih itu, memang positif secara EBITDA. Kami targetnya memang tetap mau menjaga tren positifnya EBITDA, hanya saja mungkin kami memang harus invest untuk ekspansi lagi. 

Selain makroekonomi, startup juga sedang banyak PHK atau layoff, kira-kira bagaimana cara JumpStart untuk memaksimalkan tenaga kerja dan tetap imbang antara kondisi perusahaan dengan karyawannya? 

Kalau dari kami, mungkin karena vending machine ini otomatis, jadinya lebih sedikit juga tenaga kerja yang dibutuhkan. Sambil kemarin kami coba bertumbuh, kami fokus di satu hal. Mungkin kan kadang-kadang memang sebagai startup banyak yang dicoba, akhirnya kemarin ya kami pikir ya sudah deh fokus saja untuk penyebaran mesin dulu, Jadi timnya pun ya kami fokuskan.

Kami prinsipnya, semua juga harus turun tangan, sampai kami pun direktur juga harus turun tangan cari klien, dikerjakan bareng-bareng. 

Mungkin dengan penambahan mesin itu, tim kami bisa dialokasikan ke daerah lain. Kami buka wilayah Surabaya, kami buka wilayah lain, Kami coba misalkan upgrade talent yang sudah ada di internal. Itu memang prinsip kami. 

Jadi, daripada kami selalu buka perekrutan baru atau hiring, kami coba bagaimana yang di internal. 

Jadi seperti pegawai yang handle gudang kami di Surabaya, dulu juga mulainya itu dari informal, masih pegawai gudang, mungkin ngangkat-ngangkat barang begitu. Tapi sekarang dia menjadi kepala gudang di Surabaya. Dia mau belajar juga, kami memberikan kesempatan juga.

Belakangan Kementerian Ketenagakerjaan, menyinggung soal teknologi AI. Sementara JumpStart sendiri menggunakan AI dalam teknologinya. Boleh dielaborasikan bagaimana tim bekerja selangkah lebih maju dari AI dan ada sentuhan manusia untuk mengoperasikan bisnis?

Kami selalu merasa AI ini agak sepenuhnya menggantikan pekerjaan juga, hanya saja kami memang merasa bahwa AI ini mau enggak mau harus kami lakukan untuk bisa mengelola mesinnya. Karena untuk mengelola, mungkin 50 mesin dan ribuan mesin agak berbeda. Enggak mungkin semuanya manual lagi, karena enggak ada yang sanggup. 

Nah kami menggunakan AI ini memang untuk lebih mengatur rutenya, kapan mesin ini harus diisi, kalau misalkan ada yang urgent ya mungkin harus ada yang diganti rutenya. Jadi kami lebih di situ.

Tapi kalau dari kami, tim masih diperlukan untuk pengoperasian mesinnya, untuk review mesinnya, itu masih diperlukan. 

Kami merasa justru dengan AI ini, sebenarnya tim kami jadi lebih upgrade skill. Misalnya daripada selalu manual, kalau sekarang dari sini, oh dia tahu bisa seperti ini. Dan justru kami minta mereka yang mengembangkan, bisa enggak dibuat seperti ini, bisa enggak dibuat seperti itu, biar kerjanya lebih efektif lagi, lebih semangat lagi.

Pesan terakhir untuk industri F&B yang bergerak di mesin pintar dan UMKM F&B? 

Kami juga dulu mulai kan pasti dari awal ya, dua mesin. Menurut kami, selalu berpikiran terbuka atau open minded. Kami selalu, coba saja kreatif, kami terus coba hal baru dan konsisten juga. 

Baca Juga: Pentingnya Brand Equity dalam Strategi Membangun Bisnis Jangka Panjang

Bagaimana pun juga ya mungkin satu, dua, tiga bulan belum keliatan hasilnya, tapi kami konsisten. Kami yakin hal-hal seperti ini bisa. Kalau misalnya nanti belum berhasil, kami juga banyak sebenarnya belajar dari kegagalan-kegagalan yang misalnya, kami tahu mesinnya dimana kurangnya, kami coba pelajari terus.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: