Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tersengat Gempuran Mobil Listrik China, Produsen Mobil Eropa Pusing Tujuh Keliling

Tersengat Gempuran Mobil Listrik China, Produsen Mobil Eropa Pusing Tujuh Keliling Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Persaingan dengan mobil listrik China membuat produsen mobil listrik Eropa harus meminta pemasok untuk menekan harga bahan baku dan suku cadangnya. 

Pertanyaan besar adalah sampai kapan pabrikan mobil Eropa dapat menekan pemasok yang sudah mulai melakukan pemutusan hubungan kerja, dengan banyaknya perusahaan kecil terkena dampak berat oleh masalah rantai pasokan selama pandemi.

Melansir Reuters, perbedaan antara pabrikan mobil Eropa dan produsen China yang lebih fokus pada EV akan terlihat di pameran mobil Geneva International Motor Show (GIMS), yang kembali setelah absen empat tahun karena pandemi.

Renault, dan dua produsen mobil listrik asal China, SAIC, dan BYD dari China membidik pasar mobil listrik Eropa.

Renault akan meluncurkan mobil listrik R5-nya dan merek MG milik SAIC akan membawa mobil hibrida M3-nya. Sementara itu, sedan Seal milik BYD masuk nominasi untuk penghargaan Car of the Year. Jika menang, itu akan menjadi model China pertama yang meraih penghargaan bergengsi tersebut.

"Mereka benar-benar seperti air dan minyak," kata Nick Parker, Direktur Pelaksana AlixPartners. 

Baca Juga: Toyota Duduk Manis Melihat Rekor Penjualan Mobil Hybrid, Saat Produsen Mobil Lain Gigit Jari Karena Adopsi EV Lambat

Berbeda dengan pabrikan mobil Eropa yang bergantung pada pemasok eksternal dengan rantai pasokan terpisah untuk bahan bakar fosil dan listrik, produsen mobil listrik China sangat terintegrasi karena memproduksi hampir semua komponen secara internal dan menjaga biaya tetap rendah.

Hal ini membantu mereka menekan harga lebih rendah daripada pesaingnya di Eropa. Di Britania Raya, hatchback listrik Dolphin milik BYD dijual mulai dari £25.490 ($32.300), sekitar 27% lebih murah daripada model ID.3 yang setara milik Volkswagen. 

“Mengejar pesaing (produsen China) berarti margin keuntungan pabrikan mobil Eropa bisa tertekan. Ke depannya karena hanya ada sebatas itu yang bisa mereka peroleh dari pemasok eksternal, kata Parker dari AlixPartners.

Tantangan ini semakin terasa karena adopsi ke EV yang lebih lambat dari yang diharapkan, membuat pabrikan mobil listrik terjebak dalam rantai pasok. Data minggu ini menunjukkan penjualan mobil listrik Uni Eropa pada Januari turun 42,3% dari Desember.

Baik Renault maupun Stellantis menekankan upaya penghematan biaya EV mereka bulan ini sementara Mercedes menurunkan ekspektasi permintaan EV dan mengatakan akan memperbarui lineup mobil konvensionalnya hingga dekade berikutnya.

CEO Stellantis Carlos Tavares bahkan mengatakan kepada pemasok bahwa dengan 85% biaya EV terkait dengan bahan yang dibeli, mereka perlu menanggung beban yang sebanding dalam mengurangi biaya.

"Saya menerjemahkan realitas itu kepada mitra saya: Jika Anda tidak melakukan bagian pekerjaan Anda, maka Anda mengecualikan diri sendiri," katanya.

Baca Juga: Bukan Main, Ini Sejumlah Insentif Pemerintah untuk Dorong Penjualan Mobil Listrik

Sementara itu, sudah banyak pemasok warisan yang sudah merasakan tekanan tekanan biaya seperti Forvia, Continental (CONG.DE), dan Bosch. Bahkan ketiganya harus melakukan pemutusan hubungan kerja karena kondisi tersebut. 

Untuk menjaga keuntungan, produsen mobil memusatkan produksi pada model-model dengan margin lebih tinggi, ketika terjadi kekurangan semi-konduktor. Namun, itu berarti pendapatan yang lebih kecil dan keuntungan yang lebih kecil juga bagi pemasok.

Para ahli industri mengatakan pemasok yang besar dengan modal yang kuat dapat menyesuaikan diri dengan realitas baru ini. Tetapi memperingatkan bahwa banyak pemain yang lebih kecil tengah di ambang kehancuran, seperti Allgaier dari Jerman yang mengajukan kebangkrutan pada bulan Juli.

Melihat kondisi itu, produsen mobil Eropa pun harus berupaya untuk menjaga keseimbangan antara memotong biaya untuk menahan pesaing dari China dan menghindari meminta pemasok untuk menekan biaya. Philip Nothard, Direktur Cox Automotive, mengatakan pabrikan mobil mungkin bahkan harus turun tangan untuk menyelamatkan pemasok yang tengah tertekan. 

"Risikonya adalah jika (pabrikan mobil Eropa) mencoba menekan pemasok tersebut terlalu keras, mereka akan mencoba mencari pasar yang berbeda," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: