Kolaborasi, inovasi, dan komitmen teguh dari para pemangku kepentingan profesi akuntan, dibutuhkan untuk memastikan daya tarik profesi ini. Hanya dengan itulah, profesi akuntan akan tetap relevan dan memberikan dampak optimal dalam menghadapi berbagai tantangan global yang terus berkembang. Karena itu, para pemangku kepentingan profesi harus selalu berusaha menginspirasi, mendidik, dan memberdayakan generasi akuntan masa depan untuk mendorong perubahan positif serta berkontribusi terhadap kesejahteraan global.
Demikian antara lain kesimpulan dari rangkaian acara IAI IFAC Accountancy Education International Seminar yang bertema Transforming Accounting Education to Anticipate the Dynamic Role of Professional Accountant: Highlighting Sustainability and Attractiveness of the Profession. Dalam seminar internasional ini, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menghadirkan narasumber dari International Federation of Accountants (IFAC), yaitu Bruce Vivian (IFAC Principal Accountancy Education) dan Tanya Musumhi (IFAC Regional Manager). Pada kesempatan itu, Bruce menyampaikan usulan revisi atas International Education Standards (IESs). Sementara itu, dari IAI, narasumber yang turut memberikan insight antara lain Anggota Dewan Pengurus Nasional (DPN), Rosita Uli Sinaga dan Prof. Lindawati Gani. Acara ini juga diisi oleh narasumber dari regulator, praktisi, serta akademisi dari berbagai institusi terkemuka di Indonesia.
Baca Juga: PAI Ingin Memutakhiran Kompetensi dan Profesionalisme, Agar Aktuaris Indonesia dapat Lebih Berkiprah
Seminar IAI IFAC ini didukung oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari kalangan regulator, akademisi, dan praktisi. Seminar sehari ini juga dilanjutkan dengan pelaksanaan IAI IFAC Stakeholders Engagement yang menjadi ajang diskusi bagi perwakilan regulator (Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan), asosiasi profesi (Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI)), perwakilan IAI Corporate Partner dan IAI Affilated Campus.
IFAC Boad Member, Prof. Sidharta Utama, dalam keynote speech-nya menyampaikan, IFAC akan berkolaborasi dengan organisasi anggota, mitra jaringan, dan pemangku kepentingan utama. Selain itu IFAC akan terus menilai lanskap global dan tren makro yang berdampak pada profesi akuntan dengan tujuan untuk mengantisipasi dan bereaksi terhadap perubahan dengan cara yang menjaga posisi profesi di masa depan.
“Tren, implikasi, dan peluang yang diidentifikasi dalam rencana ini tidak bersifat statis, dan tidak sepenuhnya komprehensif, namun memberikan lensa jangka menengah yang penting untuk memfokuskan pekerjaan dan prioritas kita,” ujar Prof. Sidharta yang juga adalah Anggota DPN IAI.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPN IAI, Ardan Adiperdana mengatakan, perkembangan baru yang menarik sedang terjadi di dalam profesi akuntan, terutama terkait aspek sustainability atau keberlanjutan. Namun di sisi lain, juga terdapat tren stagnasi atau bahkan penurunan jumlah pelajar Indonesia yang memilih jurusan akuntansi sebagai bidang studi pilihan dan karir masa depan mereka. Di satu sisi, hal ini menghadirkan tantangan di bidang ini, namun juga menghadirkan peluang bagi profesi dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan tingkat minat tersebut.
“Akademisi, tentunya bersama dengan industri dan profesi, menjadi faktor utama yang menentukan seberapa menarik karir sebagai akuntan di masa depan,” jelas Ardan.
Baca Juga: OJK Dorong Penguatan Profesi Manajemen Risiko di Industri Keuangan
Atas berbagai kondisi itu, pemangku kepentingan profesi akuntan harus berupaya keras meningkatkan daya tarik profesi akuntansi untuk memastikan masuknya talenta terbaik ke dalam profesi ini. Hal ini tidak hanya berarti mempromosikan beragam peluang karir yang tersedia dalam bidang akuntansi tetapi juga menumbuhkan budaya inovasi dan pembelajaran berkelanjutan.
“Karena itu, revisi IESs yang dilakukan IFAC merupakan sebuah langkah maju. Karena Untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi standar internasional dan pada akhirnya dapat menjadi duta profesi akuntansi, dapat dilakukan dengan menunjukkan kemampuan terkini mereka dalam dunia bisnis saat ini. Saya berharap universitas-universitas di Indonesia dapat memasukkan IES ini ke dalam kurikulum mereka,” himbau Ardan.
Ardan menyadari jika transformasi pendidikan akuntansi tidak dapat dicapai sendirian. Proses ini memerlukan kolaborasi dan kemitraan antar pemangku kepentingan utama, seperti regulator dan pembuat kebijakan, komunitas industri dan bisnis, serta akademisi dan badan profesional. “Bersama-sama, kita harus berupaya mengembangkan kerangka kerja dan standar komprehensif yang mencerminkan kebutuhan profesi yang terus berkembang sambil menjunjung prinsip inti integritas, objektivitas, dan kompetensi profesional,” pungkas Ardan.
Senada dengan Ketua DPN IAI, Dekan FEB Universitas Indonesia, Teguh Daryanto juga menyoroti pentingnya adaptasi dalam lingkungan profesional akuntansi yang semakin dinamis. Menurutnya, untuk mengatasi penurunan permintaan terhadap profesi akuntan, kolaborasi semua pemangku kepentingan menjadi penting. “Kita harus menekankan pentingnya penguasaan keterampilan seperti kecakapan teknis, berpikir kritis, kesadaran etika, dan pola pikir sustainability yang terintegrasi,” ujarnya.
Dalam konteks ini, Teguh menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang mendorong inovasi untuk mempersiapkan generasi akuntan berikutnya untuk menjadi pemimpin yang berintegritas. Ia juga membahas pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak dalam meningkatkan daya tarik profesi akuntan bagi generasi muda yang akan menjadi pelaku industri masa depan.\
Baca Juga: SW Indonesia Gelorakan Mahasiswa Akutansi TSM Jadi Profesional Kelas Dunia
Pada kesempatan yang sama, Anggota DPN IAI, Prof. Lindawati Gani menyampaikan prioritas penting bagi pengembangan jalur karir di profesi akuntansi. Pertama, profesi akuntasin memegang peranan penting dalam upaya keberlanjutan organisasi. Selanjutnya, profesi akuntansi harus mendorong informasi terkait keberlanjutan yang berkualitas lebih tinggi dan bermanfaat dalam pengambilan Keputusan. Menurut Prof. Linda, yang juga merupakan anggota Professional Accountancy in Business Advisory Group (PAIB AG) IFAC, meskipun pelaporan keberlanjutan sangat penting, keseluruhan aspek keberlanjutan harus dimulai dari dalam Perusahaan, karena untuk menyoroti kontribusi fungsi keuangan, diperlukan titik temu yang dinamis antara keuangan dan keberlanjutan dalam perusahaan.
Selanjutnya, Prof. Linda menekankan perlunya peralihan peran Chief Finance Officer (CFO) menjadi Chief Value Officer (CVO) untuk peningkatan nilai organisasi. Lalu kepemimpinan yang berorientasi dan berpikir ke depan juga dibutuhkan untuk membina generasi akuntan baru yang dapat dengan percaya diri mengambil peran kepemimpinan.
Aspek lain yang tidak kalah penting dalam pengembangan karir generasi muda akuntan adalah adanya evaluasi model bakat keuangan dan jalur karier Dimana akuntan perlu mengubah dan meningkatkan cakupannya. Akuntan masa depan juga harus memperluas jangkauan global dan daya tarik profesi untuk memenuhi permintaan dunia usaha yang berkembang pesat.
Prioritas berikutnya adalah mendukung pertumbuhan akuntan di sektor publik karena terdapat kebutuhan dan peluang penting untuk meningkatkan profesionalisasi keuangan sektor publik dengan tantangan seperti korupsi dan intimidasi.
“Tidak kalah penting adalah adanya transformasi profesi akuntansi dan keuangan di era digital, dengan mempersepsikan digitalisasi bukan merupakan ancaman, melainkan sebuah enabler memungkinkan akuntan mengalihkan fokus mereka dari tugas operasional ke tugas strategis,” tegas Prof. Linda.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement