Jasa Influencer Geser UMKM di Even Pilpres 2024: 'Pendapatan Turun 3 Kali Lipat'
Associate Professor Public Policy & Management Program Monash University Ika Idris mengungkapkan jasa influencer menggeser posisi UMKM dalam event Pemilu 2024.
Menurutnya, ranah digital lewat jasa influencer di media sosial mulai dipilih ketimbang menggunakan cara konvensional seperti mencetak kaos, bendera, dsj.
“Yang menarik adalah annual spent on online influencer activites, jadi ada 190 Juta usd untuk influencer activites bahkan ini terasa di election kita waktu kemarin pada masa election itu kemekop ukm sempat bikin press confrence menunjukkan bahwa di election 2024 UMKM dapat porsi sedikit sekali turun sepertiga UMKM seperti cetak banner, kaos, merchandise, dsb turun sampai 3 kali lipat, di sisi lainnya malah naik ke digital, jadi sebegitu besarnya pasar digital, bahkan pada momen harusnya UMKM itu lebaran karena ada event belanja tapi masih dan sudah tergerus dengan digital,” ungkapnya dalam diskusi daring yang diselenggarakan Magister Ekonomi Terapan Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Padjajaran, Senin (13/5/24).
Baca Juga: Jemput Peluang Cuan dengan Kecakapan Digital
Ika menyampaikan demikian mengacu pada geliat Ekonomi Digital di Indonesia yang bisa dilihat dari angka pengeluaran untuk iklan yang di pasang secara digital.
Menurutnya, angka-angka yang ada menunjukkan tingginya aktivitas ekonomi digital di Indonesia.
“Seberapa bergairah sih ekonomi digital kita? kalau dilihat dari pengeluaran iklan digital, di sini saya ambil dari we are sosical dan melt water, di situ memang untuk pengeluaran tahunan digital ads saja sampai 3 miliar USD, dan juga yang selanjutnya tinggi ada online search lalu digital video ads Youtube, berarti ada platfom tertentu yang menikmati makan besar dari digital spending kita,” jelasnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM Yulius MA mengungkapkan Pelaku UMKM yang memproduksi atau menjual alat peraga kampanye mengaku alami penurunan omzet dibanding Pemilu tahun 2019 lalu.
"Peserta Pemilu mengalokasikan (banyak) dananya untuk memanfaatkan media sosial, buzzer ataupun influencer buat kampanye," ujar Yulius di kantornya, Senin (8/1/24) sebagaimana dikutip dari laman kontan.co.id.
"Meskipun ada permintaan, namun tidak seramai dan tidak sebanyak Pemilu sebelumnya. Dinilai terdapat penurunan penjualan produk untuk kampanye cukup drastis sekitar 40% sampai 90%," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement