Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

7 Jaringan Blockchain yang Dapat Menyaingi Ethereum di Masa Depan

7 Jaringan Blockchain yang Dapat Menyaingi Ethereum di Masa Depan Kredit Foto: . REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga Ethereum kini sedang naik signifikan secara nominal maupun persentase. Kondisi ini adalah berita baik untuk investor yang sudah memegang aset mata uang kripto satu ini

Namun, hal yang sama belum tentu berlaku untuk investor awam yang tertarik dengan fitur-fitur jaringan Ethereum, termasuk kemampuannya untuk menopang smart contracts yang digunakan untuk proyek-proyek kripto seperti NFT dan platform DeFi. 

Untungnya, Ethereum bukan satu-satunya jaringan blockchain yang bisa menawarkan fungsi tersebut. Ada cukup banyak jaringan blockchain yang berpotensi untuk mengalami pertumbuhan signifikan ke depannya dan menjadi saingan besar untuk Ethereum.

Berikut ini adalah beberapa alternatif pilihan Ethereum yang bisa Anda lirik. 

1. Solana

Solana adalah platform blockchain yang dikenal dengan kemampuan scalibility sangat tinggi dan memiliki throughput yang mampu memproses ribuan transaksi per detik. Sejak diluncurkan di tahun 2020, Solana telah berhasil menjadi salah satu pesaing utama Ethereum dan jumlah penggunanya bahkan sempat mengalahkan jumlah pengguna Ethereum.

Serupa dengan Ethereum, Solana didesain untuk bisa mendukung smart contracts, namun mekanisme konsensus yang digunakan berbeda. Solana menggunakan konsensus Proof of History (PoH) bersama dengan Proof of Stake (PoS), yang membuatnya lebih unggul dari segi kecepatan validasi transaksi dibandingkan Ethereum. Keunggulan lain yang ditawarkan Solana juga terdapat pada biaya transaksinya; Solana dikenal memiliki  biaya transaksi yang jauh lebih rendah daripada Ethereum. 

2. Cardano

Sejarah Cardano sebenarnya cukup unik, karena melibatkan salah satu pencipta Ethereum, yakni Charles Hoskinson. Serupa dengan Ethereum, Cardano adalah platform blockchain terdesentralisasi; namun berbeda dengan Ethereum, Cardano dari awal sudah menggunakan konsensus Proof of Stake (PoS) bernama Ouroboros yang membuatnya lebih efisien dari segi penggunaan energi dibandingkan dengan Ethereum 1.0. 

Cardano bisa digunakan untuk membuat smart contracts selayaknya Ethereum dan Solana, dan juga bisa digunakan untuk memproses transaksi seperti Bitcoin. ADA adalah koin yang digunakan untuk bertransaksi di jaringan Cardano. 

Baca Juga: Biar Industri Keuangan Makin Sehat dan Perkasa, Begini Arah Kebijakan OJK di Tahun 2024

3. BNB Smart Chain (BSC)

BNB Smart Chain (BSC) adalah jaringan blockchain buatan platform jual-beli kripto Binance. Jaringan ini menggunakan token BNB untuk kebutuhan transaksi di jaringannya, termasuk untuk pembuatan dan pengoperasian smart contracts. Keunikan BSC terletak pada kompatibilitasnya dengan Ethereum Virtual Machine (EVM) sehingga memungkinkan migrasi aplikasi dari Ethereum ke BSC dengan mudah. 

Berbeda dari dua jaringan sebelumnya, BSC merupakan menggunakan mekanisme konsensus yang disebut dengan Proof of Staked Authority (PoSA). PoSA adalah mekanisme konsensus yang menggabungkan elemen-elemen dari Proof of Stake (PoS) dan Proof of Authority (PoA) untuk menyediakan cara yang lebih efisien dalam mencapai konsensus. 

Validator dalam PoSA dipilih tidak hanya berdasarkan jumlah koin yang mereka pertaruhkan, tetapi juga berdasarkan otoritas atau reputasi mereka dalam jaringan. Hal ini memungkinkan jaringan untuk tetap terdesentralisasi seperti dalam PoS, tetapi dengan efisiensi dan kecepatan yang lebih baik seperti dalam PoA.

4. Avalanche

Avalanche adalah jaringan blockchain yang mendukung smart contracts dengan fokus pada kecepatan transaksi dan interoperabilitas. Bisa dikatakan bahwa jaringan kripto satu ini menggabungkan fitur terbaik yang ditawarkan oleh BSC dan Solana. 

Serupa dengan Solana, Avalanche menawarkan pemrosesan transaksi yang cepat; di kisaran 4,500 transaksi per detik. Walau angka ini memang jauh di bawah Solana, yang bisa menyentuh puluhan ribu transaksi per detik, Avalanche menawarkan fleksibilitas lebih yang juga ditawarkan oleh BSC, yakni kemampuan untuk menerima data dari aplikasi yang sebelumnya beroperasi di jaringan Ethereum. 

Avalanche juga menawarkan mekanisme konsensus yang cukup unik, yakni Proof-of-Stake yang berbasis pada pembuatan subnet, sehingga jaringan Avalanche dapat dioptimalkan untuk berbagai kasus penggunaan dengan tingkat kegagalan transaksi yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaingnya. 

5. Tezos

Tezos adalah jaringan blockchain yang mampu mendukung smart contracts dengan mekanisme on-chain governance; yang memungkinkan protokol untuk diperbarui tanpa hard fork. Jaringan blockchain yang menggunakan token tez (XTZ) ini pertama kali dirilis ke muka publik di tahun 2018.

Tezos menggunakan mekanisme konsensus yang disebut dengan Liquid Proof of Stake (LPoS). LPoS lebih unggul dibandingkan mekanisme PoS yang umumnya digunakan karena tidak membutuhkan spesifikasi hardware tinggi, yang biasanya diperlukan untuk blockchain yang menggunakan PoS. 

Baca Juga: Bitcoin Kembali Sentuh US$66 ribu, Market Kripto Siap Terbang?

6. Polkadot (DOT)

Berbeda dengan kebanyakan platform yang mendukung smart contracts, Polkadot tidak terbatas hanya menerima migrasi dari aplikasi yang sebelumnya beroperasi di Ethereum; jaringan ini mampu memfasilitasi transaksi antar blockchain tanpa perlu melakukan migrasi permanen. Sehingga, jika ada pengguna yang ingin melakukan transaksi dengan Solana di dApps berbasis Avalanche, Polkadot mampu memfasilitasi proses ini. 

Selain itu, interoperabilitas yang ditawarkan oleh Polkadot tidak hanya terbatas pada mata uang kripto yang berbasis smart contract; jika seorang pengguna ingin melakukan transaksi secara langsung menggunakan Bitcoin ke USDT, Polkadot juga dapat berperan untuk memastikan bahwa transaksi sukses. 

Polkadot mampu melakukan hal ini melalui mekanisme yang disebut dengan parachains dan bridges, yang memberikannya kemampuan untuk terhubung dengan blockchain lain. 

7. Tron (TRX)

Tron adalah jaringan blockchain yang awalnya beroperasi di atas Ethereum (ERC-20), sebelumnya mengembangkan jaringan sendiri. Tron juga sempat mengakuisisi salah satu penyedia jasa torrent terbesar di dunia, BitTorrent, dan tak lama setelahnya merilis token BTT yang beroperasi di atas jaringan Tron (TRC-10).

Tron mendukung smart contracts dan dApps dengan fokus pada industri hiburan digital, dan menggunakan mekanisme konsensus Delegated Proof of Stake (DPoS). Tron dikenal dengan kemampuannya untuk menyelesaikan transaksi cepat dengan biaya rendah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: