Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Program Biodiesel Sukses di Indonesia, APROBI Harap Ada Regulasi Spesifik dan Sinergi Serius

Program Biodiesel Sukses di Indonesia, APROBI Harap Ada Regulasi Spesifik dan Sinergi Serius Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak pengembangan bahan bakar nabati dimulai pada sekitar tahun 2004 di Indonesia, industri biodiesel kemudian telah di bangun di berbagai wilayah di Indonesia. 

Peningkatan permintaan terhadap biodiesel dari minyak kelapa sawit dna perkembangan industrinya di Indonesia tentunya berdampak terhadap industri minyak kelapa sawit itu sendiri. salah satunya adalah meningkatnya harga dan produksi CPO yang akan meningkat.

Peningkatan harga dan produksi CPO ini salah satunya diakibatkan oleh pengembangan industri biodiesel dari minyak kelapa sawit yang mempengaruhi harga tandan buah segar (TBS). sehingga harga TBS sawit diproyeksikan meningkat.

Kenaikan harga tandan buah segar kelapa sawit memberikan insentif kepada petani dan perkebunan besar untuk memperluas areal perkebunan kelapa sawit yang dimiliki. Perluasan areal kebun kelapa sawit dapat meningkatkan produksi tandan buah segar kelapa sawit. 

Pengembangan industri biodiesel dari minyak kelapa sawit ini berdampak positif terhadap industri minyak kelapa sawit di Indonesia. dampak positif ini terlihat dari peningkatan produksi minyak sawit, konsumsi domestick CPO, harga domestic CPO, dan harga ekspor CPO.

Wakil Ketua Umum Bidang Rantai Pasok Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Suwandi Winardi, mengatakan jika dampak positif dari industri biodiesel di Indonesia salah satunya adalah penyediaan lapangan kerja serta pengentasan kemiskinan, khususnya bagi para petani sawit. Dan hal tersebut sejalan dengan keinginan pemerintah untuk mendorong pengurangan emisi gas rumah kaca sehingga bahan bakarnya ramah lingkungan.

“Industri biodiesel di Indonesia masih berfokus pada daerah Sumatera, pelan-pelan berkembang ke Kalimantan, lalu Sulawesi. Total kapasitas yang terpasang di Indonesia untuk biodiesel sendiri mencapai 20 juta kiloliter per tahunnya dengan investasi US$2 Miliar,” ucap Suwandi dalam seminar Menakar Keseimbangan Produksi CPO untuk Kebutuhan Domestik dan Ekspor: Urgensi dan Tantangannya, beberapa waktu lalu, Rabu (19/6/2024).

Baca Juga: Fakta dan Tantangan Industri Biodiesel di Indonesia

Meskipun industri biodiesel berkontribusi positif terhadap Indonesia, namun Suwandi menyebutkan beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pihaknya. Salah satunya adalah kualitas.

“Produsen dituntut untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas biodieselnya. Terutama dengan rencana peningkatan campuran biodiesel,” jelasnya.

Selain itu, tantangan lainnya berasal dari penanganan dan penyimpanan. Belajar dari pengalaman masa lalu, kata Suwandi, produsen terus mengupayakan kualitas dari penanganan dan penyimpanan biodiesel. Maka dari itu, dirinya menegaskan hal tersebut perlu kerjasama dengan semua pihak.

“Tantangan lainnya adalah di sektor harga. (Kami) mengupayakan agar perbedaan harga antara solar dan biodiesel ini makin mengecil,” kata dia.

Lebih lanjut, tantangan lainnya berasal dari blending rate 40 atau uji B40. Pasalnya, produsen terus mendukung upaya Uji Kinerja dan Uji Jalan untuk biodiesel.

“Diharapkan tahun 2024 ini dapat diimplementasikan untuk uji B40 sektor otomotif,” sambungnya.

Oleh sebab itu, program biodiesel di Indonesia yang dinilai sukses dalam hampir 10 tahun tidak boleh disia-siakan begitu saja. Suwandi juga berharap agar ada regulasi spesifik dan sinergi serius dari semua pemangku kepentingan (stakeholder) sawit, pemerintah, produsen hulu dan hilir, pusat riset dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

“Agar program ini dapat berjalan secara sustain atau berkelanjutan,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: