Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

TBS Kelapa Sawit Aceh Turun, Oversupply Disinyalir Jadi Biang Kerok!

TBS Kelapa Sawit Aceh Turun, Oversupply Disinyalir Jadi Biang Kerok! Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh Barat Daya menemukan harga tandan buah segar (TBS) di daerah Kabupaten Abdya mengalami penurunan dari Rp2.080 per kilogram menjadi Rp2.020 per kilogram. Penemuan tersebut ditemukan ketika pihaknya melakukan kunjungan ke dua Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) yakni  PT Samira Makmur Sejahtera (PT SMS) dan PT Mon Jambe yang beroperasi di Kabupaten Abdya.

Ketua Apkasindo Abdya, Muslim Hasan mengatakan penyebab dari penurunan harga TBS yakni meningkatnya produksi TBS di lahan masyarakat sehingga menyebabkan antrian truk pengangkut buah di pabrik, terpaksa bermalam hingga 2 -3 hari di pabrik.

Baca Juga: SPKS Minta Kepastian Pasokan Tandan Buah Sawit (TBS)

Dirinya menjelaskan beberapa penyebab turun harga TBS kelapa sawit yakni lantaran kondisi panen TBS yang berlebihan atau over supply.

Di sisi lain, kondisi panen yang melimpah menyebabkan antrean mobil pengangkut TBS di pabrik mencapai waktu lama dari dua hingga tiga hari sehingga keasaman TBS meningkat dan rendemen minyak kelapa sawit (CPO) menurun hingga rata-rata 17,5%. Begitu juga dengan perlakuan panen buah yang belum selesai.

"Banyak buah masih mengkal dan mentah karena perlakuan panen yang sebagian belum sesuai. Hal ini juga berdampak pada rendemen CPO. Ditambah lagi adanya buah pasir (2-4 kg/tandan) juga mempengaruhi rendemen,” ujar Muslim dalam keterangannya, dikutip Warta Ekonomi, Rabu (3/7/2024).

Faktor lainnya yang memengaruhi harga TBS yakni kondisi cuaca yang berimbas pada rendemen. Alhasil, pengusaha pabrik bersedia membeli TBS dengan harga yang lebih tinggi jika rendemen CPO yang dihasilkan juga lebih tinggi. Bahkan, PT SMS mengaku pernah membeli TBS di atas ketetapan pemerintah lantaran rendemannya cukup tinggi.

"Tugas kita sebagai Apkasindo dan petani adalah memperkuat kemitraan dengan PMKS. Penguatan kemitraan melibatkan kerjasama dalam pengelolaan kebun yang baik dan benar, sehingga dapat menghasilkan TBS dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik,” ujarnya.

Hingga saat ini, menurut Muslim, kemitraan hanya terjadi antara PMKS dan agen-agen saja. Namun pihaknya tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya perlu diubah secara bertahap agar kemitraan pabrik tak hanya dengan pengumpul saja, melainkan juga langsung dengan para kelompok tani sawit sendiri.

Baca Juga: Program Biodiesel, Harapan Baru Petani Kelapa Sawit di Indonesia

"Bukan hanya kontrak buah semata. Jika perlu, kita dapat mengontrak rendemen dengan PMKS," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: