Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenperin Dorong Restrukturisasi Mesin Guna Dongkrak Kinerja Industri Tekstil

Kemenperin Dorong Restrukturisasi Mesin Guna Dongkrak Kinerja Industri Tekstil Kredit Foto: Rahmat Saepulloh

Sedangkan dari sisi ekspor, perlambatan perekonomian di pasar TPT mengakibatkan perlambatan ekspor sebesar minus 0,85 persen dari sebelumnya 4,69 miliar dolar AS, menjadi 4,66 miliar dolar AS. Namun, dari sisi impor meningkat 0,63 persen sehingga terjadi penurunan neraca perdagangan menjadi 1,54 miliar dolar AS.

Selain itu, investasi PMA untuk industri tekstil meningkat signifikan 111,28 persen hingga Triwulan I Tahun 2024, sedangkan untuk pakaian jadi meningkat 0,02 persen. Untuk investasi penanam modal dalam negeri (PMDN) pada industri pakaian kadi juga meningkat 80,42 persen, namun untuk industri tekstil mengalami penurunan sebesar 59,61 persen.

Baca Juga: Rp5.000 Triliun dalam 2 Dekade, Industri Hulu Migas Jadi Penyumbang Kas Terbesar Kedua

"Pemerintah terus melakukan berbagai kebijakan baik berupa insentif fiskal maupun insentif non fiskal serta perlindungan industri dalam negeri. Salah satunya program restrukturisasi mesin atau peralatan," ungkapnya.

Kemenperin juga telah mengalokasi anggaran yang tersedia pada 2024 adalah sebesar Rp20,5 miliar dengan target perusahaan peserta program minimal 21 perusahan. Namun, jika peminat program melebihi dari alokasi awal, maka kami akan mengupayakan pembukaan blokir untuk penambahan anggaran menjadi Rp47 miliar untuk 59 perusahaan. 

"Kami juga terus berupaya agar program ini terus dilanjutkan sampai dengan tahun 2030 dengan jumlah anggaran yang lebih masif untuk mencapai jumlah mesin/peralatan yang direstrukturisasi lebih banyak serta menjangkau lebih banyak industri," ungkapnya 

Adapun, Legal PT Leuwijaya Utama Tekstil, Marnandi mengatakan bahwa program ini sangat bermanfaat. Perusahaannya sudah ikut serta pada tahun 2022 dan 2023 di mana mendapat bantuan mesin seharga Rp480 juta dan Rp500 juta.

Menurutnya, banyak pabrik tekstil yang sekarang beroperasi khususnya di bidang pencelupan mesin dari tahun 1980-an. Kondisi ini jelas kurang bagus pada produksi dan efisiensi dibandingkan dengan mesin-mesin baru.

Dia pun memastikan akan coba ikut dalam program peremajaan tahun ini karena manfaatnya banyak dirasakan.

Baca Juga: Inovasi dan Kualitas jadi Kunci Sukses Kebab Central Indonesia di Industri Kuliner

"Kalau dapat mesin baru ini bagus buat industri teksil kaya di saya yang pencelupan banyak efisiensinya dibandingkan mesin lama," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: