Ketua Umum Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika (PPAK) Indonesia, Solihin Sofian, menilai jika industri kosmetik lokal dengan berbagai jenamanya mampu bertahan di tengah gempuran berbagai produk impor. Khususnya produk impor illegal.
Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa industri kosmetik dalam negeri perlu memperkuat sektor hulu industri agar bisa tumbuh dan berkembang lebih baik.
Baca Juga: Bahlil Sebut Kawasan Industri Bisa Dibangun dengan Modal Nekat
“Kita harus bisa membangun industri kosmetika, bukan pabrik kosmetik. Apa bedanya? Pabrik adalah satu segmen tertentu yang memiliki spesialis memproduksi barang jadi. Sedangkan, industri ada keterkaitan antarbagian,” katanya di Jakarta, Jumat (26/7/2024).
Dia menyebut, sekitar 80 – 90% bahan baku kosmetik lokal masih bergantung pada impor. Dengan penguatan sektor hulu, termasuk produksi bahan baku dan kemasan dalam negeri, dia berharap bahwa industri kosmetik lokal bisa lebih mandiri dan berdaya saing yang jauh lebih kuat.
Penguatan sektor hulu menurutnya bakal menciptakan ekosistem industri yang lebih terintegrasi. Mulai dari riset dan pengembangan hingga produksi. Sehingga, hal tersebut mendorong tumbuhnya inovasi produk lokal yang berdaya saing.
“Kalau ini sudah dilakukan maka industri kosmetik akan terbentuk dengan baik dan pabrik-pabrik kosmetik yang ada bisa punya daya saing yang kuat. Sehingga ketika produk kosmetik dari luar masuk ke Indonesia, kita mampu dan tangguh menghadapi produk impor,” tuturnya.
Baca Juga: Relawan Tolak Kebijakan BMAD 200% untuk Ubin Porselen Asal Cina: Kajian KADI Rugikan Jokowi
Sementara itu, Executive Director Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Setyadi Surya, mengungkapkan jika generasi muda Indonesia saat ini mulai sadar dan peduli terhadap penampilan sehingga faktor tersebut menjadi pengegrak utama dalam pertumbuhan industri kosmetik dalam negeri.
Kemunculan berbagai jenama lokal berkualitas pun menunjukkan bahwa produk buatan Indonesia menurut Setyadi tidak kalah bersaing dengan produk luar.
“Pertumbuhan bisnis industri kosmetik sebesar 21,9 persen pada 2023 ini luar biasa karena industri retail angkanya tidak sampai sebesar itu,” kata Setyadi.
Baca Juga: Bahlil Sebut Kawasan Industri Bisa Dibangun dengan Modal Nekat
Ia pun meyakini industri kosmetik dalam negeri berpeluang besar untuk terus tumbuh serta menjangkau pasar yang lebih luas. Khususnya industri kosmetik tanah air.
Mengutip dari catatan Kementerian Koordinator Perekonomian, pertumbuhan jumlah industri kosmetik di Indonesia menyentuh 21,9% yakni dari 913 perusahaan pada tahun 2022 menjadi 1.010 perusahaan pada pertengahan 2023 lalu.
Adapun segmen pasar terbesar didominasi oleh segmen perawatan diri atau personal care dengan volume pasar sebesar 3,18 miliar dolar AS pada tahun 2022. Kemudian skincare sebesar 2,05 miliar dolar, disusul oleh segmen kosmetik sebesar 1,61 miliar dolar AS dan wewangian dengan total 39 juta dolar.
Penjualan produk personal care dan kosmetik juga mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini di tengah masifnya perkembangan e-commerce di Indonesia.
Baca Juga: TRON Kolaborasi dengan KITB untuk Meningkatkan Sistem Pengelolaan Kawasan Industri
Sejak 2018 hingga 2022, personal care dan kosmetik merupakan top 3 penjualan di lokapasar (marketplace), dengan nilai transaksi mencapai Rp13,28 kuadriliun dan volume transaksi 145,44 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement