Analis Sawit Berkelanjutan, Edi Suhardi, mengungkapkan bahwa agenda besar sawit yang diusung oleh presiden terpilih 2024, Prabowo Subianto, mendapat sambutan positif dari komunitas internasional. Sebab, berita dan opini yang beredar telah menunjukkan bahwa minyak sawit tidak hanya bermanfaat sebagai bahan makanan, tetapi juga sebagai biofuel.
Meski demikian, terdapat tantangan dari pemberlakuan Peraturan Bebas Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang dijadwalkan mulai berlaku pada 31 Desember nanti. Edi mengingatkan bahwa aturan ini dapat memperketat ekspor minyak sawit ke pasar Uni Eropa.
Namun, laporan dari Satuan Tugas Tanaman Minyak IUCN di Swiss menyatakan bahwa yang mempengaruhi dampak lingkungan adalah praktik pertaniannya, bukan tanaman sawit itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa sawit bisa menjadi pilihan yang berkelanjutan dengan praktik yang tepat.
Kampanye positif tentang sawit juga dilakukan di dalam negeri oleh GAPKI. Mereka menegaskan bahwa minyak sawit memiliki biaya produksi paling rendah dan hasil tertinggi di antara tanaman penghasil minyak lainnya. Selain itu, minyak sawit sangat serbaguna, dapat digunakan untuk makanan dan barang konsumsi lainnya, serta memiliki potensi besar sebagai sumber biofuel.
Edi juga menekankan pentingnya dukungan LSM ramah lingkungan untuk membantu negara penghasil minyak sawit, seperti Indonesia, mengembangkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Indonesia sendiri telah menerapkan skema Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO), tetapi membutuhkan bantuan finansial dan teknis karena perkebunan kelapa sawit melibatkan lebih dari 6 juta petani kecil.
Baca Juga: BRIN Bakal Lakukan Kajian Mendalam Soal Gula Merah dari Air Batang Sawit
Pengalihan ke tanaman penghasil minyak lainnya seperti zaitun, kedelai, rapeseed, dan bunga matahari tidak efisien karena memerlukan lebih banyak lahan pertanian dan lebih merusak lingkungan. Minyak sawit tetap menjadi pilihan yang lebih produktif dan berkelanjutan.
Dengan rencana peningkatan program biodiesel dari B35 ke B40, pemerintah berharap dapat meningkatkan penyerapan domestik minyak sawit. Meski produksi sawit cenderung stagnan, upaya intensifikasi dan ekstensifikasi yang diusulkan oleh Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, dapat menjadi solusi untuk memastikan pasokan minyak sawit mencukupi kebutuhan domestik dan ekspor.
Secara keseluruhan, peningkatan program biodiesel ini menawarkan peluang besar bagi penyerapan minyak sawit domestik, sekaligus mengatasi tantangan terhadap pasokan pangan dan industri lainnya di Indonesia. Dukungan dan kerja sama antara pemerintah dan pelaku usaha sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan industri sawit dan ekonomi Indonesia di masa depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement