Pemerintah Indonesia buka suara terkait dengan penyebab pemutusan hubungan kerja (PHK) atau layoff massal yang terjadi dalam ekosistem padat karya, khususnya tekstil di Indonesia. Pihaknya mengungkit bahwa ada dua faktor utama yang menjadi penyebab hal ini terjadi.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa layoff terjadi karena tingginya biaya produksi serta produktivitas yang tengah menurun dalam industri tekstil.
Baca Juga: 'Ribut' Dua Menteri Disebut Jadi Penyebab Badai PHK Tekstil
"Masalahnya ada dua, mesinnya tua dan biaya ekonominya tinggi dibandingkan negara-negara lain, ini juga terkait dengan produktivitas kerja kita," kata Bahlil, dilansir Selasa (30/07/2024).
Bahlil mengatakan, alat produksi yang sudah tua mengakibatkan terjadinya lonjakan dalam biaya produksi. Hal ini juga diperparah dengan penurunan produktivitas kerja yang berujung pada terjadinya PHK.
Oleh karenanya, ia mengusulkan kehadiran dukungan terhadap industri tekstil melalui akses pembiayaan guna peremajaan meskin agar mendongkrak kinerja industri. Di sisi lain, hal tersebut juga disupport oleh kerja sama antara pengusaha dan pekerja.
Bahlil mengharapkan kelompok buruh memahami pentingnya keberlangsungan perusahaan tak hanya untuk pemenuhan hidup namun juga roda ekonomi dari Indonesia.
"Juga kerja sama dengan buruh, kita hargai buruh, lapangan kerja dengan upah yang layak, tapi buruh harus mengerti bahwa kalau industri gak jalan gimana pabrik mau survive, jadi keduanya saling membutuhkan," jelas Bahlil.
Bahlil menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mendukung industri agar tetap bertahan dan berkembang. Dia juga menekankan pentingnya keseimbangan antara memperhatikan hak buruh dan menjaga keberlangsungan perusahaan.
"Kalau ini tutup yang rugi kita semua, lapangan pekerjaan tutup, industri gak jalan, pendapatan negara berkurang, tapi jangan sedih karena ada yang pergi, ada yang datang," pungkasnya.
Baca Juga: PHK Kian Marak, Wakil Rakyat Minta Jokowi Hadirkan Bansos dan Kompensasi
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan masalah PHK massal dapat diminimalisir dan industri padat karya dapat kembali bersaing di pasar global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement