Institute for Essential Services Reform (IESR) memandang Indonesia perlu memperkuat rantai pasok industri Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sehingga dapat bersaing dalam teknologi modul surya, mendorong adopsi PLTS dan menciptakan lapangan kerja yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk memperkuat kolaborasi dan dukungan pemanfaatan PLTS dan pengembangan industri komponen PLTS dalam negeri, Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) dan bermitra dengan RE100 Climate Group menyelenggarakan Indonesia Solar Summit (ISS) 2024.
Baca Juga: CT Corp Pasang PLTS Atap di 3 Lokasi Trans Studio Mall
Dengan mengambil tema “Membangun Rantai Pasok PLTS Indonesia untuk Mempercepat Transisi Energi dan Mendukung Industri Hijau”, ISS 2024 yang akan diselenggarakan pada Rabu, 21 Agustus 2024, dan merupakan bagian pra-acara Indonesia Sustainability Forum 2024.
Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR, menyebut dengan mempertimbangkan faktor perkembangan teknologi, harga, dan potensinya maka energi surya sepatutnya menjadi strategi krusial dalam mencapai target bauran energi terbarukan dan mempercepat transisi energi.
“Indonesia Solar Summit 2024 akan membahas strategi kunci dalam mengembangkan industri PLTS domestik serta menggalang komitmen dari pemerintah maupun entitas bisnis untuk akselerasi pemanfaatan PLTS di Indonesia,” ungkap Marlistya Media Briefing Indonesia Solar Summit 2024, Selasa (13/8/2024).
Alvin Putra Sisdwinugraha, Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, IESR, menjelaskan, Indonesia mempunyai potensi energi surya lebih dari 3.295 GW. Teknologi modul surya semakin berkembang dengan dominasi teknologi berbasis silikon,di mana teknologi monokristalin menawarkan efisiensi yang lebih tinggi. Tidak hanya itu, harga modul surya turun hingga 66 persen selama 5 tahun terakhir, menjadi sekitar 14,5 USDc/Wp (sekitar Rp 2300/Wp).
“Indonesia perlu menangkap peluang pengembangan rantai pasok industri PLTS di Indonesia agar mampu bersaing dengan produk PLTS impor. Selain itu, ekspansi Tiongkok untuk produksi modul surya Tiongkok ke Asia Tenggara untuk ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa perlu dipandang sebagai kesempatan untuk bekerja sama dalam membangun produksi modul surya dalam negeri,” ungkap Alvin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement