Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mobil Listrik Second Ternyata Lebih Dilirik Ketimbang Baru

Mobil Listrik Second Ternyata Lebih Dilirik Ketimbang Baru Seorang pengemudi mengisi daya baterai mobil listriknya di SPKLU Gedung PLN Gambir, Jakarta, Rabu (13/0/2022). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah saat ini sangat serius dalam menyediakan berbagai regulasi untuk mendukung terciptanya ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai guna mendukung pencapaian target Net Zero Emission di tahun 2060. | Kredit Foto: Antara/Agha Yuninda
Warta Ekonomi, Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan belum optimalkan market dari mobil listrik di Indonesia. Pihaknya mengatakan bahwa ekosistem kendaraan listrik masih didominasi oleh kalangan atas.

Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Lembaga Pembiayaan OJK, Ahmad Nasrullah, menyebut kebanyakan pembeli mobil listrik lokal membeli mobil ini sebagai kendaraan kedua atau ketiga mereka, bukan sebagai mobil pertama.

Baca Juga: RUU EBET Dianggap Bisa Jadi Momentum Menteri Bahlil Jaga Tarif Listrik yang Terjangkau bagi Rakyat

"Gak ada orang pertama kali beli mobil, mobil listrik. Kebanyakan itu second atau untuk mobil kesekian mereka sehingga pangsa pasar ini middle up," ungkap Ahmad, dilansir Jumat (23/08/2024).

Ahmad menekankan bahwa mobil listrik belum menjadi pilihan utama bagi sebagian besar konsumen di Indonesia. Pembeliannya sendiri mayoritas dilakukan secara tunai alias dilakukan oleh masyarakat yang cukup mapan secara finansial dan belum memanfaatkan pembiayaan atau leasing.

Ahmad menilai bahwa jika ada kemudahan dalam pembiayaan dan harga yang lebih terjangkau, pasar mobil listrik di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar.

Baca Juga: Menteri Bahlil Diyakini Bakal Utamakan Keterjangkauan Tarif Listrik Ketimbang Paksakan Skema Power Wheeling

"Kalau terdapat pembiayaan, rasanya kalau memang bisa semudah dan semurah yang sekarang, bukan tidak mungkin naik lagi. Sebab mereka juga kan menghitung lagi (nilai keekonomian)," ucap Ahmad.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: