Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrahman, mengatakan bahwa dana untuk industri sawit semakin besar. Misalnya, kebutuhan sawit untuk biodiesel 35 (B35) menyentuh 13,4 juta kiloliter (KL) sementara untuk B40, kebutuhannya mencapai 16 juta KL.
"Ke depan kebutuhan dana itu semakin besar, contohnya biodiesel. Kalau untuk B40 itu kira-kira volumenya bisa sampai 16 juta KL, karena sekarang B35 13,4 juta KL, dikalikan dengan selisih harga yang harus kita tanggung, ini kan budget-nya harus naik," kata Eddy dalam acara peluncuran buku 'Sawit, Anugerah yang Perlu Diperjuangkan', Kamis (5/9/2024).
Baca Juga: BPDPKS Tingkatkan Kompetensi Pekebun Sawit Swadaya, Ini Caranya!
Oleh sebab itu, Eddy mengaku jika pihaknya kesulitan dan tidak mampu membiayai program-program tersebut. Dirinya juga menjelaskan bahwa selama ini pihaknya mendanai berbagai program industri sawit, karena pada 2021 lalu harga sawit tinggi, hingga mengalami windfall tax.
Atas hal tersebut, penerimaan BPDPKS pun akhirnya bisa mencukup biaya dari beberapa program tersebut sampai dengan saat ini. sedangkan untuk tahun 2024, penerimaan BPDPKS berdasarkan proyeksinya akan berat untuk lembaga tersebut jika membiayai program yang ada ke depannya.
"Kami melakukan proyeksi, di 2024 ini penerimaan BPDPKS itu sudah tidak bisa lagi membiayai program, sehingga program-program itu bisa berjalan karena pada 2021 mengalami windfall, harga sawit tinggi, kemudian tarifnya progresif. Windfall itu anugerah sehingga punya reserve yang cukup besar, tapi reserve ini digerogoti terus," jelasnya.
Dirinya pun menyoroti program solar sawit B40 yang mulai direalisasikan pada tahun 2025 mendatang. Program tersebut menurutnya bisa mengambil dana hingga Rp2 triliun. Hal tersebut, imbuhnya, akan berdampak pada kemampuan keuangan BPDPKS yang diprediksi akan semakin menurun.
Maka dari itu, dia meminta kepada pemerintah agar menerapkan carbon tax. Tujuannya adalah menambah sumber penerimaan baru. Dia menilai, semakin tinggi keinginan untuk menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, maka akan semakin banyak dana yang dikeluarkan.
Baca Juga: Bioethanol Disebut Solusi Tekan Emisi dan Ketergantungan BBM
"Kalau kita ingin menggunakan bahan bakar yang lebih green, ya kita harus bayar yang lebih besar, atau ada inovasi lain seperti penerapan carbon tax, hasilnya untuk subsidi yang green," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement