Jual beli listrik RI ke Singapura memasuki babak baru. Dalam agenda Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024, Pemerintah Singapura secara resmi menyerahkan conditional license sebagai salah satu syarat yang disepakati dalam MoU sebelumnya.
Perjanjian jual beli listrik ini ditandatangani oleh eks Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif dan Second Minister for Trade and Industry Singapura, Tan See Leng di Kantor ESDM pada Jumat (08/09/2023).
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan kerja sama ini bakal menguntungkan kedua negara.
"Kita punya banyak silika di negara ini, bahan baku panel surya. Jadi kita membangun industri panel surya karena kita harus mengekspor energi hijau ke Singapura. Jadi saya kira ini menguntungkan kedua negara," tutur Luhut di JCC Senayan Jakarta, Kamis (06/09/2024).
Baca Juga: Luhut: Indonesia Targetkan 62 GW EBT untuk Capai NZE 2060
Langkah ini ujar Luhut juga merupakan titik balik bagi RI yang sebelumnya terus mengekspor energi fosil beralih ke ekspor energi baru terbarukan (EBT). Selain itu juga dapat mempercepat pengembangan industri hijau dan tenaga surya potovoltaik (PV).
"Ini memfasilitasi pengembangan proyek energi baru terbarukan, perdagangan listrik lintas batas, dan industri manufaktur hijau di Indonesia. Saya percaya kerja sama ini akan berjalan sesuai dengan prosedur Pemerintah dan bisnis yang tepat," ucap Luhut.
Singapura Minta Tambahan 1,4 Gigawatt (GW)
"Pada gelaran ISF perdana tahun lalu, Indonesia dan Singapura bersama-sama mengumumkan conditional approval untuk lima proyek guna memgimpor 2 Gigawatt listrik rendah karbon dari Indonesia dan Singapura. Tahun ini, kami akan melanjutkan proyek-proyek ini ke tahap pengembangan berikutnya dengan menerbitkan conditional license," kata Minister for Manpower & Second Minister for Trade and Industry of Singapore, Tan See Leng.
Baca Juga: Di ICEF 2024 Bahlil Tawarkan Tiongkok Sejumlah Proyek EBT
Selanjutnya, Singapura menyampaikan bahwa pihaknya segera menerbitkan conditional approval lainnya guna menambah 1,4 GW. Dengan begitu maka secara total jumlah jual beli listrik RI ke Singapura mencapai 3,4 GW.
"Ketika proyek-proyek ini terealisasi, ini semua akan mengkatalisasi ekonomi hijau Indonesia dengan mendukung investasi produksi fotovoltaik surya dan sistem penyimpanan baterai," sambung Tan.
Sebelumnya Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin menyampaikan bahwa rencana penyaluran awal atau first electron akan terjadi pada akhir 2027 atau awal tahun 2028.
"Plan kita mungkin first electron itu di 2028 atau di akhir 2027," ungkap Rahmat pada konferensi pers kesiapan pelaksanaan IISF 2024, di Kemenko Marves, Kamis (29/08/2024).
Dari informasi yang Warta Ekonomi terima, berikut perusahaan yang telah mengajukan kebersediaannya dalam bisnis ekspor EBT ini, yaitu konsorsium Pacific Medco Solar Energy Medco Power dengan Consortium partners, PacificLight Power Pte Ltd (PLP) and Gallant Venture Ltd, a Salim Group company, Adaro Green, dan TBS Energi Utama.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement