Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
“kita kan belum ada pengalaman nih untuk bisa membuat nuklir mulai dari penetapan awal sampai kepada itu menjadi listrik gitu ya. Jadi memang masih butuh satu organisasi yang melakukan pengawalan itu ya secara terintegrasi,” tutur Haris.
Saat ini, kata Harris dari 19 persyaratan infrastruktur yang diperlukan untuk pengembangan energi nuklir, Indonesia telah memenuhi 16. Tiga persyaratan yang belum terpenuhi, salah satu yang paling mendasar yakni komitmen nasional.
Baca Juga: Indonesia Lirik Tenaga Nuklir untuk Terangi Wilayah 3T
“Nah dari tiga itu satu yang paling utama, yaitu yang tadi, komitmen nasional untuk nuklir, itu yang buat nuklir, itu yang sangat penting,” tambah Haris.
Terkait dengan sumber daya uranium yang dibutuhkan untuk PLTN, pemerintah masih merencanakan impor uranium di tahap awal. Namun, Haris menegaskan bahwa Indonesia sedang berupaya untuk mengembangkan produksi uranium sendiri dalam jangka panjang.
Selain itu, Haris juga menyoroti masalah limbah nuklir. “Nah itu limbah nuklir kan sekarang banyak provider teknologi yang sudah juga mempaketkan sama itu. Termasuk limbahnya, itu nanti dibalikin ke sana. Sudah ada menaruhkan itu,Bukan di Indonesia ditaruhnya," jelasnya.
Baca Juga: Indonesia Bakal Punya Nuklir dari Rusia? Prabowo Bahas Ketahanan Energi dengan Putin
Dengan adanya dukungan NEPIO dan komitmen nasional, Indonesia berharap dapat mencapai target operasional PLTN pada 2032, sebagai bagian dari upaya diversifikasi sumber energi untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement