Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peluang Emas Masa Depan Pertambangan Indonesia

Peluang Emas Masa Depan Pertambangan Indonesia Kredit Foto: MDKA
Warta Ekonomi, Surabaya -

Sebagai salah satu perusahaan tambang swasta terbesar di Indonesia, PT Merdeka Copper Gold (MCG) terus meningkatkan kinerja serta menjadi pemimpin global di industri pertambangan dan logam Indonesia.

Menurut Head of Corporate Communications MCG, Tom Malik, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi cadangan mineral sangat tinggi. Mineral nikel misalnya, Indonesia menempati posisi  pertama untuk produksi dan cadangan terbesar. Selain itu, Indonesia juga menjadi posisi ketiga untuk cadangan timah, posisi kelima untuk cadangan emas, posisi keenam untuk cadangan tembaga, posisi keenam untuk cadangan batu bara, dan posisi ketujuh untuk cadangan bauksit.

Bahkan, kata Tom, sektor pertambangan Indonesia mampu memberi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia senilai Rp19.588,4 triliun pada 2022 dimana sektor Pertambangan menyumbang Rp2.393,4 triliun

"Dalam penerapannya, perusahaan pertambangan mengacu pada prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs)," kata Tom dalam Media Mining Workshop Industri Pertambangan di Surabaya kemarin.

Lebih lanjut Tom menyebutkan, saat ini MCG telah mengelola aset-aset signifikan di Indonesia dengan total sumber daya sebesar 35,2 juta ounces Emas, 8,4 juta ton Tembaga, 13,8 juta ton Nikel dan 1,0 juta ton Kobalt. Adapun aset-aset inoi diantaranya, Tujuh Bukit Banyuwangi, Jatim, Tambang Tembanga Weter, Maluku dan Proyek Emas Pani, Gorontalo, Sulawesi

Tom menyebutkan, proyek Tembaga Tujuh Bukit merupakan salah satu proyek tembaga terbesar di dunia yang masih dalam fase praproduksi. Pada puncak produksinya, proyek ini akan memproses 24 juta ton bijih per tahun untuk menghasilkan lebih dari 110.000 ton tembaga dan 350.000 ounces emas per tahun selama lebih dari 30 tahun. Sementara untuk Proyek Emas Pani akan menjadi salah satu tambang emas primer terbesar di Indonesia. Dengan kandungan sumber daya mineral sebesar 6,7 juta ounces emas yang pada puncak produksinya dapat menghasilkan hingga 500.000 ounces emas per tahun.

"Kami telah menginvestasikan sekitar US$114 juta untuk pelaksanaan definisi sumber daya, uji metalurgi,dan infrastruktur sejak 2022 lalu. Potensinya, Sumber Daya Mineral (SDM) untuk Proyek Emas Pani sebesar 275,8 juta ton dengan kadar 0,75 g/t emas yang mengandung 6,63 juta ounces emas," jelas Tom.

Walaupun demikian sebut Tom, perusahaan tambang juga mempunyai kewajiban dalam menjaga lingkungan sekitar dan perekonomian masyarakat. ESG atau Environment, Social, and Governance (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola ) yang diterapkan perusahaan untuk membatasi dampak negatif dan/atau meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan,masyarakat, dan tata kelola perusahaan.

Ia menejelaskan, beberapa tahun terakhir, pemangku kepentingan, terutama investor, perusahaan makin sadar akan pentingnya kriteria ESG dalam menilai perusahaan. ESG meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan nilai jangka panjang dalam kondisi yang berubah dengan cepat dan mengelola risiko dan peluang yang menyertainya ESG dapat dianggap sebagai bagian dari konsep keberlanjutan (sustainability) dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR)

"Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah konsep pengelolaan mandiri secara sukarela di mana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis dan interaksinya dengan para pemangku kepentingan lainnya," ungkap Tom

Sementara itu General Manager Compliance PT Merdeka Baterai Material (MBM), Mohammad Toha, pemanfaatan nikel untuk teknologi masa depan bisa menjadikan Indonesia sebagai pengendali ekonomi global nantinya.

Berdasarkan data NRI Digital dan Global Nickel tahun 2023, Indonesia punya cadangan terbesar dunia, dengan total cadangan hampir 20 %. Tercatat NRI Digital mencatat Nusantara memproduksi 1.721,5 ton per tahun hingga tahun 2023. Sedangkan Global Nickel, cadangan nikel Indonesia mencapai 55 juta metric ton (2023). 

"Data ini menempatkan Indonesia Australia, Filipina, dan Rusia menguasai 50 % cadangan nikel di muka bumi. Artinya, Indonesia memiliki prospek yang luar biasa dalam kendali teknologi dan ekonomi perekonomian masa depan nantinya,” pungkas Toha sapaan pria ini

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: