Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Suara Kelompok Rentan Perlu Disertakan dalam Transisi Menuju Hijau Berkeadilan

Suara Kelompok Rentan Perlu Disertakan dalam Transisi Menuju Hijau Berkeadilan Seorang anak menyeberang rel Pejompongan, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim kebijakan yang diambil pemerintah sudah cukup tepat dalam menekan angka kemiskinan di masa pandemi COVID-19 sehingga masih berada di level satu digit yakni 9,78 persen. | Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pelibatan masyarakat, termasuk kelompok rentan, perlu menjadi aspek utama dalam pelaksanaan transisi berkeadilan. Untuk memobilisasi dukungan dan partisipasi masyarakat, maka perlu diiringi dengan pembangunan pemahaman yang tepat mengenai transisi berkeadilan.

Beragam metode peningkatan kesadaran masyarakat tentang transisi energi dapat dilakukan, mulai dari pengembangan cerita yang inspiratif, hingga melakukan aksi-aksi kecil penurunan emisi secara kolektif.

Baca Juga: Bocoran Draft RUKN 2024-2060, Pemerintah Targetkan Pasang EBT 367 GW

Taufiq Hidayat Putra, Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika, Kementerian PPN/Bappenas menyatakan bahwa komunikasi politik sangat penting dalam rencana pembangunan jangka panjang. Pendekatan secara inklusif dan partisipatif perlu diperkuat untuk memastikan bahwa kebijakan transisi energi dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

“Rekomendasi yang tercetus pada diskusi ISEW (Indonesia Sustainability Energy Week) 2024 akan menjadi masukan untuk rencana yang lebih holistik dan integratif, khususnya pada penyusunan RPJMN 2025-2029 terkait Peningkatan Konektivitas dan Transisi Energi Listrik. Terutama untuk mencapai sistem energi ketenagalistrikan yang berkelanjutan,” kata Taufiq dalam keterangan tertulis.

Agus Tampubolon, Manajer Proyek Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia, Institute for Essential Services Reform (IESR), mengungkapkan cerita yang inspiratif di sekitar topik aksi iklim dan transisi energi mempunyai kekuatan untuk menyatukan tujuan dan memotivasi tindakan bersama dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.

“Setiap orang adalah penjaga bumi. Saya yakin bahwa masing-masing individu mempunyai cerita yang menginspirasi, serta dapat mengambil tindakan yang membawa perubahan yang positif bagi planet kita ini. Cerita-cerita inilah yang perlu digaungkan untuk menciptakan suara kolektif yang kuat untuk membangun dunia yang berkelanjutan dan adil,” kata Agus pada ISEW 2024 (13/09/2024).

Baca Juga: Luhut: Indonesia Targetkan 62 GW EBT untuk Capai NZE 2060

Agus menjelaskan bahkan aksi-aksi kecil yang dilakukan secara bersama-sama, seperti menanam pohon, bersepeda ke sekolah, dan mematikan lampu saat tidak digunakan dapat berkontribusi secara signifikan bagi penurunan emisi. Menurutnya, hal terpenting adalah setiap orang mengambil tanggung jawab untuk membebaskan bumi dari cengkraman emisi yang telah meningkatkan suhu global sehingga menyebabkan krisis iklim.

Puty Puar, Pendiri dan Direktur Eksekutif Buibu Baca Buku, yang juga hadir pada ISEW 2024 mengungkapkan sejauh ini, kalangan ibu-ibu jarang terlibat dalam agenda transisi energi sehingga suara mereka untuk isu ini pun terendap dan kurang terdengar. Padahal, menurutnya, kalangan ibu-ibu merupakan kelompok yang paling terdampak perubahan iklim dan perubahan kebijakan di sektor energi.

Baca Juga: DPR Puji Kinerja Mensos Risma dalam Menurunkan Angka Kemiskinan

“Padahal dalam situasi sehari-hari, misalnya ada pemadaman listrik, yang paling merasakan adalah kalangan ibu-ibu karena membuat pekerjaan rumahnya terhambat. Atau, jika polusi di Jakarta semakin membahayakan, maka kelompok yang paling banyak mengantri di rumah sakit, adalah kalangan ibu-ibu. Ibaratnya, ibu-ibu kena getahnya duluan, padahal suaranya belum tentu dipertimbangkan,” ungkap Puty.

Untuk mendorong pelibatan semua kelompok, Wahyu Hantoro, Kepala Desa Tampir Wetan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menyoroti pentingnya membangun komunikasi dan diskusi dengan masyarakat.

Baca Juga: Tingkat Pengangguran Terbuka dan Kemiskinan Jabar Menurun

“Di desa kami, kami mempunyai potensi air yang besar, tapi ironisnya dua pertiga lahan pertanian kami mengalami kekeringan. Kami membangun pompa air bertenaga surya. Awalnya, warga ragu terhadap penggunaan sistem energi surya yang berbeda dari yang dipasok oleh pemerintah. Namun, komunikasi dan diskusi yang rutin akhirnya mengubah persepsi warga yang awalnya pesimis menjadi mendukung pemanfaatan pompa air bertenaga surya. Lahan pertanian juga dapat diolah tanpa memandang musim. Awalnya yang pakai pompa air ini hanya 25 pelanggan, sekarang malah meningkat menjadi 176 pelanggan,” tutup Wahyu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: