Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Aturan pemakaian BIS pada sapi perah bisa digunakan 65% dari bahan ransum. Sementara untuk bungkil kedelai 10%, dan jagung 25%. Pada sapi potong dapat menggunakan bungkil sebanyak 70% dari bahan ransum.
Kemudian pada domba, BIS bisa digunakan sebanyak 30%, sedangkan untuk unggas bisa digunakan sebanyak 5 – 15%. Unggas jauh lebih sedikit lantaran mempertimbangkan serat bungkil kasar dan sistem pencernaan unggas lebih rendah dibandingkan dengan hewan ternak.
Penggunaan bungkil sebagai pakan ternak juga memberikan dampak positif pada perekonomian industri sawit. Hal tersebut dapat meningkatkan nilai tambah produk samping kelapa sawit.
Cara Pengolahan
Sebelum menjadi pakan ternak, bungkil sawit terlebih dahulu harus melewati proses fermentasi. Proses fermentasi ini menggunakan jamur dan bakteri seperti Eupenicillium javanicum, Aspergillus niger, dan Rhizopus oligosparus. Namun, apabila jamur dan bakterinya sulit ditemukan, maka bisa diganti dengan menggunakan probiotik yang dijual di pasaran seperti EM4, Starbio, Probiotik Tangguh, Suplemen Organic Cair, dan PT HCS.
Tujuan dari proses fermentasi tersebut yakni membuat kandungan serat kasar berkurang dan kandungan proteinnya bertambah. Dengan demikian, jumlah kandungan protein pada bungkil meningkat dua kali lipat menjadi 23%.
Jadi itu dia pemanfaatan bungkil sawit untuk bahan pakan ternak. Pemanfaatan bungkil ini membantu meningkatkan nilai tambah dari produk hasil samping industri sawit. Hal tersebut menunjukkan bahwa industri sawit turut mendukung kelestarian lingkungan dengan program yang berkelanjutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement