"Rangkaian erupsi secara tidak kontinu terus terjadi akibat fluktuasi pasokan fluida dari kedalaman tubuh Gunung Marapi. Fluktuasi ini terlihat dari tinggi kolom abu erupsi maupun aktivitas kegempaan," ungkap Wafid.
Dari pengamatan visual, aktivitas erupsi semakin intensif, dengan kolom abu setinggi 2.000 meter pada 27 Oktober 2024 dan 1.500 meter pada 6 November 2024 pukul 05.44 WIB.
Baca Juga: Tingkatkan Kesiapsiagaan Bencana, Kominfo Resmi Rilis SNPDK
Kenaikan aktivitas ini juga terpantau dari peningkatan gempa vulkanik dalam (VA) sejak 7 Oktober 2024, yang mengindikasikan pasokan fluida dari kedalaman.
"Deformasi inflasi di puncak gunung serta variasi kecepatan seismik menunjukkan adanya tekanan yang meningkat pada tubuh gunung," jelas Wafid.
Badan Geologi menyimpulkan bahwa aktivitas Gunung Marapi sedang mengalami peningkatan.
"Erupsi dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan energi yang terkumpul. Jika pasokan fluida terus meningkat, intensitas erupsi juga bisa semakin tinggi," tambahnya.
Wafid juga mengingatkan masyarakat yang bermukim di dekat lembah atau sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi untuk mewaspadai potensi bahaya lahar, terutama selama musim hujan.
"Seluruh pihak diimbau untuk menjaga suasana kondusif, tidak menyebarkan berita bohong, dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah," pungkas Wafid.
Baca Juga: Bisa Menjadi Bencana Politik Jika Isu Akun Fufufafa Milik Gibran Dibiarkan
Badan Geologi sendiri akan terus memantau dan mengevaluasi aktivitas gunung secara berkala.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement