- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Adik Prabowo Sebut Indonesia Butuh US$235 Miliar untuk Transisi Energi Hingga 2040
Ketua Delegasi Indonesia dalam Conference of the Parties (COP) 29 Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan Indonesia membutuhkan investasi senilai US$235 miliar guna menjalankan misi transisi energi dalam 15 tahun ke depan atau hingga tahun 2040.
Kebuthan Investasi itu kata Hashim untuk meningkatkan tambahan energi sebesar 100 Gigawatt, di mana 75 % atau 75 Gw dari total tersebut akan berasal dari energi baru terbarukan (EBT). Termasuk membangun jaringan transmisi sepanjang 70 ribu kilo meter sirkuit (Kmc) membentang dari barat hingga timur Indonesia.
Baca Juga: Gerak Cepat BP Batam Menyokong Program Ekonomi Presiden Prabowo
Hal ini ia ungkapkan dalam agenda CEO Talks di Paviliun Indonesia yang merupakan rangkain COP 29, Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024).
”Hingga tahun 2040, kami berencana untuk mengembangkan tambahan 75 Gigawatt (GW) sumber energi terbarukan, termasuk tenaga air, panas bumi, surya, dan angin, serta 5 gigawatt tenaga nuklir dan 70.000 kilometer jalur transmisi. Inisiatif ambisius ini membutuhkan investasi sekitar USD235,” ungkap Hashim.
”Kita memahami bahwa bumi sedang memanas, dan kita perlu mengurangi emisi gas rumah kaca untuk memperlambat pemanasan, dan jika memungkinkan, mendinginkan kembali bumi,” lanjut Hashim.
Hashim menegaskan bahwa target ambisius ini juga merupakan komitmen Presiden Prabowo untuk mengakselerasi transisi energi di tanah air selaras dengan upaya menjangkau pertumbuhan ekonomi 8%.
”Indonesia akan mencapai energi yang bersih, hijau, dan terjangkau sambil mempercepat pertumbuhan ekonomi hingga 8% dan lebih. Kami akan meningkatkan kapasitas nasional, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, mengatasi kelaparan di antara rakyat kami, menurunkan kemiskinan melalui kampanye besar-besaran, dan memberikan kesejahteraan bagi semua, sambil tetap menjaga lingkungan kita,” tegas Hashim.
Meski begitum kata Hashim, upaya ini tidak akan berhasil jika menjalankannya dalam suasana kesendirian. Oleh karenanya, dalam kesempatan itu, Hashim mengajak semua partisipan yang hadir untuk berkolaborasi dalam menjalankan misi tersebut.
Baca Juga: Ramai-ramai Ekonom Peringati Prabowo Soal PPN 12%, Kenapa?
”Satu-satunya cara untuk maju adalah melalui kolaborasi antar negara. Saya yakin bahwa kami melakukan ini bukan hanya karena perjanjian lingkungan internasional seperti Protokol Kyoto dan Perjanjian Paris, tetapi karena kami sungguh peduli untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” tutup Hashim.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement