Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lebih Unggul dari Tebu, Gula Merah Sawit Dinilai Bisa Jadi Kunci Wujudkan Ambisi Swasembada Gula

Lebih Unggul dari Tebu, Gula Merah Sawit Dinilai Bisa Jadi Kunci Wujudkan Ambisi Swasembada Gula Kredit Foto: Reuters/Emmanuel Foudrot
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dari tahun ke tahun, Indonesia kian mengalami ketergantungan pada impor gula yang tinggi. Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah menargetkan swasembada gula dalam tempo sesingkat-singkatnya. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki potensi untuk mendukung percepatan swasembada gula secara signifikan, salah satunya dengan memanfaatkan gula merah sawit.

Untuk diketahui, Indonesia memiliki perkebunan sawit dengan luas sekitar 16.8 juta hektare. Dari luasan tersebut, diperlukan sekitar 4% perkebunan sawit yang direplanting tiap tahunnya agar komposisi tanaman relatif seimbang untuk menjamin stabilitas produksi minyak sawit. Dari kebun yang telah direplanting itu, ada batang pohon sawit tumbang yang dapat menghasilkan nira yang menghasilkan gula merah sawit.

Baca Juga: BPDPKS: Harmonisasi Regulasi Masih Jadi Tantangan Mendasar di Industri Sawit

Pohon batang kelapa sawit yang telah ditebang ini diketahui menghasilkan air nira selama 30 hingga 40 hari dengan total produksi sebanyak 5 – 7 liter per hari. Nantinya, jika nira ini diolah menjadi gula merah dengan tingkat rendemen gula sebanyak 20 hingga 30%, maka gula merah sawit yang dihasilkan sebanyak 1.2 hingga 1.75 kilogram per pohon per harinya selama fase produksi air nira tersebut.

Lebih lanjut, berdasarkan catatan tim riset dari Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), ada beberapa keunggulan dari gula merah sawit dibandingkan dengan gula merah lainnya. 

Keunggulan yang pertama adalah gula merah sawit adalah gula fruktosa, bukannya sukrosa seperti tebu. Dikatakan bahwa gula merah sawit ini jauh lebih sehat secara kesehatan dibandingkan dengan gula tebu.

Sejatinya gula fruktosa ini bukanlah hal yang baru. tercatat Amerika Serikat telah mengembangkan sirup fruktosa dari jagung pada tahun 1970-an. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi impor gula tebu. 

Baca Juga: Lima Pekerjaan Rumah yang Belum Selesai Terkait Legalitas di Kebun Sawit

Selain itu, gula merah sawit juga memenuhi aspek acceptability lantaran konsumsi gula merah menjadi bagian dari budaya setiap daerah di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: