Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi Listrik, Yuliot Tanjung Puji Pengelolaan Sampah di TPA Benowo

Jadi Listrik, Yuliot Tanjung Puji Pengelolaan Sampah di TPA Benowo Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengapresiasi inovasi pengelolaan sampah menjadi energi listrik yang diterapkan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya. Yuliot menyebut pengelolaan ini dapat diduplikasi di berbagai daerah sebagai langkah strategis untuk mendukung ketahanan energi nasional selaras dengan program Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto.

"Pengelolaan sampah menjadi energi listrik mungkin ini bisa kita duplikasi dengan cepat di daerah-daerah lain karena sudah ada beberapa yang sudah berkonsultasi juga kepada kami. Jadi diperlukan diseminasi teknologi, karena daerah-daerah itu kan mereka juga agak 'buta' dengan teknologi. Kemudian yang kedua, itu justru mereka membutuhkan bagaimana pengolahan sampah secara lebih cepat," ujar Yuliot saat mengunjungi lokasi tersebut pada Selasa (10/12).

Baca Juga: Impack Pratama Gandeng Marubeni, Ubah Sampah Plastik Jadi Produk Bangunan Ramah Lingkungan

TPA Benowo memanfaatkan dua teknologi utama dalam pengolahan sampah. Untuk sampah organik, digunakan teknologi fermentasi gas atau Landfill Gas Power Plant. Sementara itu, sampah nonorganik diolah menggunakan teknologi termokimia atau Gasification Power Plant.

Menurut Yuliot, pengelolaan sampah seperti ini tidak hanya menyelesaikan persoalan limbah kota, tetapi juga menciptakan solusi penyediaan energi yang ramah lingkungan.

"Jika melihat sampah, kita bisa melihat dua permasalahan sekaligus yang bisa diselesaikan. Pertama, persampahan di seluruh perkotaan, termasuk ibu kota provinsi yang umumnya bermasalah dengan sampah, seperti DKI Jakarta. Jadi, permasalahan sampah ini jika tidak tertangani dengan baik akan terjadi akumulasi dan bahkan di beberapa daerah justru menjadi sumber bencana, baik terhadap lingkungan, kesehatan, dan efek negatif lainnya," tuturnya.

Sebagai bagian dari upaya nasional, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Regulasi ini mengatur percepatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di 12 kota, yaitu DKI Jakarta, Bekasi, Manado, Tangerang, Tangerang Selatan, Palembang, Semarang, Surakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.

Direktur Utama PT Sumber Organik, Agus Nugroho Susanto, menyatakan bahwa untuk pengelolaan sampah di kota-kota besar, teknologi termal, seperti incinerator atau gasifikasi menjadi pilihan utama untuk mencapai konsep zero waste.

"Pengelolaan sampah di kota-kota besar harus zero waste pilihannya, dan kalau zero waste pilihannya cuma thermal, incinerator, atau gasifikasi karena sampah yang diproses dengan sampah yang masuk masih terdapat sisa," kata Agus.

Ia juga menambahkan bahwa teknologi termal ini efektif karena menghasilkan sisa sampah dalam jumlah minimal, seperti residu, fly ash, dan bottom ash. Residu tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk bahan baku bata atau paving.

Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Regional JBB Sukses Jalankan Replikasi Bank Sampah Lampion di Kawasan Padat Penduduk Area Bandara Soekarno Hatta

"Pengelolaan sampah menjadi zero waste sudah dilakukan di banyak negara, bahkan di China sudah dilakukan sejak 25 tahun yang lalu. Di Singapura, semua sampah di-incinerator, dan fly ash serta bottom ash dimanfaatkan untuk reklamasi di Semakau Island. Jadi, tidak ada masalah sama sekali, kotanya bersih, dan tidak bau sama sekali," terang Agus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: