Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PSR Malaysia dan Indonesia Loyo, Pasokan Kelapa Sawit Dunia Terancam

PSR Malaysia dan Indonesia Loyo, Pasokan Kelapa Sawit Dunia Terancam Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Malaysian Palm Oil Council (MPOC) mencatat pada tahun 2023 upaya peremajaan perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia menunjukkan kemajuan yang lamban bahkan jauh di bawah target yang ditetapkan oleh kedua pemerintah negara penghasil minyak sawit terbesar itu.

Tercatat, MPOC menjabarkan Malaysia hanya berhasil melakukan replanting atau peremajaan sawit seluas 2,3% dari total luas area perkebunan sawit yang ada atau sekitar 132.000 hektare (ha). Kendati demikian, angka tersebut meningkat dibandingkan pada tahun 2022 yang hanya 1,7% atau 97.130 hektare (ha).

Baca Juga: Menuju Tahun Baru, Krisis Hak Buruh Masih Warnai Bisnis Perkebunan Sawit

Namun, tetap saja jika angka tersebut jauh dari target tahunan pemerintah terkait sebesar 228.000 ha atau sekitar 4%. Padahal, ada sekitar 450.000 ha pohon sawit yang berusia 25 tahun bahkan lebih yang membutuhkan peremajaan lantaran produktivitasnya yang menurun cukup signifikan setelah 20 tahun.

Sementara itu, Indonesia sendiri menargetkan replanting dengan target yang cukup tinggi yakni 2,5 juta ha pohon sawit hingga tahun 2025 nanti. Namun sayangnya, realisasi replanting tersebut di tahun 2023 hanya mampu menyentuh angka 331.007 ha saja sejak program tersebut diluncurkan pada tahun 2016. 

Padahal, target Indonesia untuk PSR mencapai 180.000 ha per tahun, dan pada tahun 2024 target tersebut malah diturunkan menjadi 120.000 ha.

“Lambannya laju peremajaan kelapa sawit ini menambah tekanan pada pasokan minyak sawit global. Pohon sawit yang tua menghasilkan hasil panen yang lebih rendah, sehingga memengaruhi kapasitas produksi negara-negara produsen utama,” dikutip dari MPOC, Senin (30/12/2024).

MPOC merinci bahwa kedua negara tersebut harus menghadapi beberapa tantangan seperti kurangnya akses petani terhadap bibit unggul, keterbatasan dana, dan proses administrasi yang rumit sehingga menjadi penghambat utama kendati pemerintah Indonesia dan Malaysia telah mengupayakan berbagai program untuk mempercepat replanting.

Untuk mendorong partisipasi petani dalam program peremajaan, ahli industri menegaskan perlunya kebijakan yang lebih proaktif agar mempercepat pencapaian target seperti insentif finansial, bantuan teknis, serta penyederhanaan prosedur administrasi.

Keberhasilan dalam peremajaan perkebunan sawit tentu menjadi faktor kunci untuk menjaga keberlanjutan pasokan dan daya saing di pasar global, khususnya bagi Malaysia dan Indonesia sebagai produsen utama minyak sawit dunia.

Baca Juga: TPOLS Urai Masalah di Balik Sertifikasi Sawit dari Manipulasi Hingga Ketidakadilan bagi Buruh

Oleh sebab itu, diharapkan pemerintah kedua negara untuk terus mencari solusi inovatif untuk mengatasi hambatan yang ada agar mencapai target yang telah ditetapkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: