Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inilah Sosok Ken Nohara, Technopreneur yang Membeli Username Telegram @Israel

Inilah Sosok Ken Nohara, Technopreneur yang Membeli Username Telegram @Israel Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ken Nohara, seorang technopreneur atau pengusaha di bidang teknologi berusia 29 tahun, kembali menarik perhatian publik setelah membeli salah satu username paling sensitif secara politis di platform Telegram, yaitu @Israel. Aksi ini menambah daftar panjang kiprahnya dalam dunia teknologi digital yang telah dimulai sejak usia belia.

"Di rumah, saya adalah Ken, anak imigran Jepang yang diajarkan nilai-nilai warisan budaya. Kemudian di Amerika Serikat, saya adalah Kenneth, pengusaha muda yang berusaha beradaptasi," ungkapnya belum lama ini saat diwawancarai di sebuah kafe di Jakarta, sambil menyesap matcha latte.

Nohara, yang lahir dari ayah seorang profesor sejarah budaya Jepang dan ibu ekonom Amerika, tumbuh di tengah dua budaya yang berbeda. Akhir pekannya diisi dengan kegiatan belajar kanji di kuil Buddha lokal, sementara hari-hari biasa dipenuhi dengan latihan sepak bola dan pameran sains.

"Saya membuat website pertama saya ketika berusia 13 tahun," kenangnya. "Itu adalah fan page untuk film-film Studio Ghibli. Desainnya sangat buruk, tapi mengajarkan saya dasar-dasar coding," katanya.
Saat kuliah di Universitas Kyoto, ia bahkan telah mendirikan perusahaan freelance yang menawarkan jasa pembuatan website.

Baca Juga: Setelah CEO Diburu Polisi, Telegram Kini Justru Profit untuk Pertama Kalinya

Pada tahun 2021, Nohara mendirikan LexCura, sebuah perusahaan yang awalnya menjual perangkat lunak keamanan siber dan kini berkembang menjadi penyedia layanan konsultasi keamanan. Perusahaan ini bertujuan membantu negara-negara membangun infrastruktur digital yang tangguh dan mempertahankan kendali atas data, informasi, dan ruang online mereka.


"Saya tidak percaya dunia digital harus dikendalikan oleh segelintir pihak. Harus ada cara untuk memastikan bahwa internet memberi manfaat bagi semua orang, bukan hanya perusahaan dan pemerintah yang memegang kendali," tegasnya, meski mengakui bahwa pandangannya sering bertentangan dengan narasi arus utama.

Pembelian username @Israel seharga 30.000 dollar AS langsung memicu kontroversi. Telegram, dengan penekanannya pada privasi dan kebebasan dari sensor, telah menjadi platform populer di kalangan aktivis politik dan gerakan bawah tanah. Platform ini bahkan menjadi sarana komunikasi bagi kelompok militan Palestina, terutama selama krisis Mei 2021 antara Israel dan Hamas.

"Niat saya tidak pernah untuk memihak," jelasnya. "Bagi saya, ini tentang dialog yang bisa difasilitasi oleh nama seperti ini."

Meskipun dunia mungkin tidak mengenalnya seperti para tokoh terkemuka Silicon Valley, Nohara berharap username Telegram tersebut dapat menjadi platform yang mendorong percakapan bermakna tentang kedaulatan digital, identitas, dan kekuasaan di abad ke-21. Saat ini, username tersebut dioperasikan oleh anggota staf Telegram Benjamin Netanyahu.

"Ada satu hal yang telah saya pelajari," katanya. "Nama memiliki kekuatan. Dan dengan kekuatan itu datang kesempatan untuk membuat perubahan," tambah Ken Nohara.

Baca Juga: Buktikan Tidak Terafiliasi Israel, Danone Aqua Gandeng Dewan Masjid Indonesia

Baca Juga: Cerita Logo Bebek Avian dan Suksesnya Hermanto Tanoko Orang Terkaya ke-16 di Indonesia

"Meski saya tidak memiliki semua jawaban, ia yakin bahwa sebuah nama dapat memicu percakapan yang bermakna. Dan dalam dunia yang semakin didefinisikan oleh interaksi digital, mungkin hal itu sudah cukup."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel:

Berita Terkait