Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sudah Cukup untuk Freeport! Pemerintah Didesak Konsisten Lakukan Hilirisasi

Sudah Cukup untuk Freeport! Pemerintah Didesak Konsisten Lakukan Hilirisasi Kredit Foto: PTFI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira Adhinegara, menegaskan bahwa keputusan penghentian ekspor tembaga mentah pada 2025 adalah langkah yang tepat. Menurut Bhima, Undang-Undang Minerba Nomor 4 Tahun 2009 telah memberikan waktu yang cukup panjang bagi perusahaan tambang, termasuk PT Freeport Indonesia (PTFI), untuk mempersiapkan smelter. Kini, pemerintah harus berkomitmen menjalankan hilirisasi secara konsisten.

"Perusahaan tambang seperti PT Freeport Indonesia sudah diberikan waktu cukup lama mempersiapkan smelter, maka saatnya menjalankan hilirisasi secara konsisten," kata Bhima dalam keterangan resminya, Selasa (14/1/2025).

Namun, Bhima menyoroti bahwa kapasitas produksi smelter tembaga dalam negeri belum mencapai 100% pada akhir 2024. Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (KEK JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur, diperkirakan belum dapat beroperasi penuh pada Januari 2025. Insiden kebakaran di smelter Gresik baru-baru ini menjadi bahan evaluasi yang penting.

"Tapi bukan alasan ekspor konsentrat dibuka kembali," tegas Bhima.

Baca Juga: Bahlil Tak Terima Alasan Freeport Soal Smelter Gresik, Target Juni Jadi Harga Mati!

Bhima juga mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan investasi besar untuk mendukung pengembangan teknologi energi terbarukan. Pada 2040, dibutuhkan dana hingga Rp97,8 triliun (setara US$6 miliar) untuk mendorong pengembangan sistem penyimpanan energi berbasis baterai (Battery Energy Storage System/BESS) dengan kapasitas total 32 gigawatt-hour (GWh).

Meski tembaga dan aluminium bukan bahan aktif utama dalam reaksi penyimpanan energi baterai seperti lithium atau nikel, kedua material ini tetap memiliki peran penting dalam mendukung struktur, pengkabelan, dan efisiensi keseluruhan sistem penyimpanan energi.

Melihat potensi besar dari hilirisasi, pemerintah terus mempercepat pembangunan smelter dan melarang ekspor bijih mentah. Langkah ini diharapkan mampu mengoptimalkan keunggulan komparatif Indonesia sekaligus menjadikan hilirisasi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi nasional yang dapat bersaing dengan negara industri maju.

Baca Juga: ESDM Tegaskan Belum Ada Pengajuan Resmi Relaksasi Ekspor dari Freeport

Bhima menambahkan bahwa CELIOS telah merilis laporan berjudul "Nexus Ambisi Nilai Tambah dan Tata Kelola Hilirisasi Tembaga Bauksit di Indonesia". Laporan ini merespons wacana pembukaan kembali izin ekspor konsentrat, sekaligus membahas tantangan lingkungan dan pendanaan dalam kawasan hilirisasi dua komoditas strategis tersebut.

"Mencermati situasi hilirisasi tembaga dan bauksit, laporan ini juga mengangkat isu tata kelola yang perlu diperbaiki untuk memastikan keberlanjutan proyek hilirisasi," ujarnya.

CELIOS mengingatkan bahwa konsistensi dalam kebijakan hilirisasi adalah kunci untuk mendorong Indonesia menjadi pemain utama di pasar global, terutama dalam komoditas tembaga dan bauksit yang strategis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: