Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belajar Menggaet Investor dari Melanie Perkins, Pendiri Canva yang Pernah Ditolak Ratusan Kali

Belajar Menggaet Investor dari Melanie Perkins, Pendiri Canva yang Pernah Ditolak Ratusan Kali Kredit Foto: Twitter/Polina
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melanie Perkins, pendiri Canva, pernah mengalami lebih dari 100 kali penolakan dari investor sebelum akhirnya berhasil membangun Canva. Kini, Canva dikenal sebagai platform andalan untuk membuat berbagai desain seperti presentasi, undangan, hingga sertifikat.

Ide untuk membangun Canva muncul pada tahun 2007, ketika Melanie, yang saat itu berusia 19 tahun, mengajar siswa tentang cara menggunakan perangkat lunak desain. Ia menyadari betapa sulitnya program-program tersebut untuk dipahami dan mahal untuk diakses. Melanie ingin menciptakan alat daring yang memungkinkan siapa saja membuat desain dengan mudah tanpa perlu pengalaman teknis.

Namun, proses untuk mendapatkan pendanaan tidaklah mudah. Melanie dan laki-laki yang kini jadi suaminya, Cliff Obrecht, yang juga merupakan rekan pendiri Canva, membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun untuk menemukan investor pertama. Banyak modal ventura, termasuk di Silicon Valley, skeptis terhadap idenya. Baru setelah mereka merevisi pendekatan presentasi dengan lebih menekankan cerita pribadi Melanie, Canva mulai menarik perhatian investor.

Baca Juga: Bertemu IKAT Indonesia, Ini Saran Wamenekraf untuk Dorong Kreativitas dan Inovasi Desainer Lokal

1. Ceritakan Masalah dengan Pendekatan Emosional Sebelum Menjelaskan Solusi

Melanie Perkins mengungkapkan bahwa presentasi awalnya terlalu berfokus pada solusi teknis tanpa menggambarkan secara emosional masalah yang ingin diselesaikan. Pendekatan ini ternyata kurang menarik perhatian investor.

Melanie kemudian mengubah strateginya dengan menceritakan pengalaman frustrasi mahasiswa yang kesulitan mempelajari perangkat lunak desain. Masalah ini dianggap kompleks dan membutuhkan waktu lama untuk dikuasai. Dengan mendeskripsikan masalah tersebut, ia berhasil membangun rasa kepedulian dari para investor terhadap solusi yang ditawarkan Canva.

2. Jawab Pertanyaan Utama: Mengapa Hal Ini Penting?

Melanie menekankan pentingnya menjawab pertanyaan “Mengapa saya harus peduli?” sebelum memaparkan detail teknis solusi. Investor perlu memahami relevansi dan dampak dari solusi yang ditawarkan.

Dalam presentasinya, Melanie mengajak investor untuk turut merasakan frustrasi ketika harus menggunakan perangkat lunak desain yang rumit dan memakan waktu bertahun-tahun untuk dikuasai. Setelah investor memahami masalah tersebut dan ikut larut dalam masalah, Melanie mendemonstrasikan Canva yang memungkinkan pengguna memulai desain hanya dalam waktu dua menit.

3. Gunakan Pendekatan Cerita untuk Membangun Koneksi

Melanie percaya bahwa menyampaikan visi secara langsung adalah cara efektif untuk menciptakan koneksi emosional dengan investor. Maka, ungkapkan ini dengan cerita langsung alih-alih menggunakan Power Point. 

“Banyak orang merasa kewalahan saat menggunakan perangkat lunak seperti Photoshop,” ujar Melanie, dikutip dari INC. “Penting untuk menceritakan kisahnya, karena jika audiens Anda tidak memahami masalahnya, mereka tidak akan memahami solusinya.”

Melanie menambahkan, bahwa membuat investor peduli pada solusi yang ditawarkan harus dimulai dengan membuat mereka peduli pada masalah yang ingin diselesaikan. Banyak pengusaha terlalu fokus pada solusi mereka sehingga melupakan pentingnya menjelaskan masalah secara mendalam.

Baca Juga: Dulu Ditolak Investor, Kini ByteDance Membuat Zhang Yiming jadi Orang Terkaya ke-30 di Dunia

Baca Juga: Sukses Tanpa Kemitraan, Andanu Prasetyo Sajikan Kopi untuk Tetangga di Cipete hingga Korea Selatan Lewat Toko Kopi Tuku

Meski tetap mempertahankan basis kantornya di Sydney, Canva kini semakin populer. Melansir Forbes, Canva telah digunakan oleh 130.000 tim yang beranggotakan lebih dari 1.000 karyawan, termasuk FedEx, Salesforce, dan Disney. Canva mengklaim bahwa 95% perusahaan Fortune 500 menggunakan platformnya, dengan 190 juta pengguna aktif bulanan di hampir 200 negara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: