
Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% per tahun sebagai bagian dari Visi Indonesia Emas 2045. Untuk mewujudkan target ambisius ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan bahwa investasi dan ekspor menjadi dua faktor utama yang harus diperkuat.
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan OJK, Agus E. Siregar, mengungkapkan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut memerlukan transformasi menyeluruh, inovasi, serta pencarian sumber pertumbuhan ekonomi baru.
“Menurut hemat kami, dari berbagai faktor pendorong yang paling mungkin untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional adalah investasi dan ekspor,” ujar Agus dalam acara di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (4/2/2025).
Agus menjelaskan bahwa investasi merupakan salah satu penggerak utama dalam mendukung program-program unggulan pemerintah, salah satunya proyek pembangunan tiga juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Baca Juga: OJK Proyeksikan Pertumbuhan Kredit Perbankan Moncer di 2025
“Kami sungguh-sungguh berharap bahwa program ini bisa menghasilkan multiplier effect seperti yang diharapkan, sekaligus menyediakan hunian yang terjangkau bagi masyarakat, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan sektor riil,” imbuhnya.
Untuk merealisasikan hal ini, OJK telah mengambil berbagai langkah proaktif, termasuk mengimbau sektor perbankan agar lebih aktif menyalurkan pembiayaan ke sektor perumahan. Selain itu, peran lembaga non-bank juga dinilai sangat krusial dalam mendukung pembiayaan perumahan.
“Pembiayaan dari lembaga non-bank juga perlu dioptimalkan, baik itu dari perusahaan pembiayaan, Sarana Multigriya Finansial (SMF), maupun BP Tapera,” jelasnya.
Lebih lanjut, industri asuransi juga diharapkan membentuk konsorsium guna mendukung pembiayaan perumahan secara lebih signifikan.
“Kami di OJK akan terus berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menyediakan dukungan likuiditas bagi program ini, salah satunya melalui produk efek beragun aset yang dapat menjadi instrumen pembiayaan alternatif,” tutupnya.
Baca Juga: KUR PMI Terus Digenjot, OJK Minta Perbankan Tingkatkan Akses Pembiayaan
Di sisi lain, Agus juga menyoroti peran ekspor sebagai pilar utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menilai bahwa keanggotaan Indonesia dalam BRICS sejak 6 Januari 2025 membuka peluang besar bagi peningkatan daya saing ekspor nasional.
Selain itu, rencana Indonesia untuk bergabung dengan Organisation of Eastern Caribbean States (OECS) dinilai sebagai langkah strategis dalam mendiversifikasi basis ekspor sekaligus meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional.
“Rencana keanggotaan Indonesia dalam OECD juga perlu ditranslasikan bukan hanya sebagai pencapaian diplomatik, tetapi juga sebagai peluang strategis untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saing ekspor nasional,” tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement