Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ganoderma Ancam Perkebunan Sawit, Malaysia dan Indonesia Perkuat Strategi Pengendalian

Ganoderma Ancam Perkebunan Sawit, Malaysia dan Indonesia Perkuat Strategi Pengendalian Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penyakit busuk pangkal batang akibat infeksi Ganoderma boninense terus menjadi ancaman serius bagi perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia. Dalam 2nd International Symposium Ganoderma (ISGANO) 2025, pakar penyakit tanaman dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Dr. Shamala Sundram, menyoroti peningkatan drastis kasus infeksi yang semakin mengkhawatirkan.

“Ganoderma adalah masalah besar bagi industri sawit. Indonesia telah menunjukkan komitmen tinggi dalam mengatasinya melalui konsorsium Ganoderma GAPKI. Saya senang berbagi pengalaman sekaligus belajar dari pendekatan yang diterapkan di sini,” ujar Shamala dalam simposium tersebut, Jumat (7/2/2025).

Menurut Shamala, penyebaran Ganoderma di Malaysia mengalami lonjakan signifikan. Berdasarkan survei MPOB, infeksi yang hanya terjadi sekitar 1,51% pada 1994–1995 kini meningkat menjadi 14% pada 2024. Dengan persentase ini, luas lahan sawit yang terdampak mencapai 440.000 hektare.

Jika pola serupa terjadi di Indonesia, diperkirakan lebih dari 1,2 juta hektare perkebunan sawit dapat terkena dampak penyakit mematikan ini.

Baca Juga: Ancaman Ganoderma Belum Usai, Pemerintah Dorong Inovasi Benih Sawit Tahan Penyakit

MPOB telah mengidentifikasi empat spesies Ganoderma, dengan tiga di antaranya bersifat patogen. Dari ketiga spesies tersebut, G. boninense merupakan yang paling agresif. Penyebaran penyakit ini dipengaruhi oleh tekanan inokulum, kadar garam, pH tanah, dan kandungan nutrisi.

Dalam upaya mitigasi, MPOB merekomendasikan sanitasi sebagai langkah utama dalam pengelolaan Ganoderma. Pasalnya, hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif untuk membasmi patogen ini.

Mitigasi yang dilakukan mencakup sensus rutin, pembongkaran tanaman yang terinfeksi, serta pemantauan ketat terhadap tingkat serangan. MPOB juga mengembangkan Disease Severity Index (DSI) untuk mengklasifikasikan tingkat infeksi dalam lima kategori, mulai dari DSI 0 (sehat) hingga DSI 4 (terinfeksi berat dan mati).

Baca Juga: Penyerbukan Sawit Lemah, Kumbang Super BRIN Siap Jadi Game Changer

Pada lahan peremajaan, MPOB menegaskan bahwa sanitasi yang buruk dapat meningkatkan tingkat infeksi hingga 83,3% dalam sembilan tahun. Sebaliknya, dengan sanitasi yang baik, infeksi dapat ditekan hingga 33,3% dalam periode yang sama. Bahkan, dalam beberapa kasus, infeksi dapat hilang dalam dua tahun.

Dengan ancaman Ganoderma yang semakin nyata, industri sawit di Malaysia dan Indonesia didorong untuk memperkuat strategi pengendalian. Kolaborasi antara peneliti, perusahaan perkebunan, dan pemerintah menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri sawit.

“Langkah konkret dan berkelanjutan harus segera diambil agar produktivitas sawit tetap terjaga. Jika tidak, kita akan menghadapi kerugian besar akibat penyebaran Ganoderma yang semakin tak terkendali,” pungkas Shamala.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: