- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Bergejolak Hadapi Data Ekonomi, Bursa Asia Kini Dihantui Kebijakan Tarif Trump
Kredit Foto: Twitter/@EugeneJarecki
Bursa Asia mencatatkan pergerakan yang bervariasi dalam perdagangan di Senin (10/2). Pasar tak hanya menyoroti data ekonomi regional namun juga waspada terhadap efek dari kebijakan tarif terbaru dari Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari CNBC International, Selasa (11/2), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama yang tergolong masuk dalam Bursa Asia. Beberapa indeks mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan:
- Nikkei 225 (Jepang): Nyaris stagnan dalam level 38.801,17.
- Topix (Jepang): Turun tipis 0,15% ke 2.733,01.
- Kospi (Korea Selatan): Stagnan dalam level 2.521,27.
- Kosdaq (Korea Selatan): Melonjak 0,91% ke 749,67.
- CSI 300 (China): Naik 0,21% ke 3.901,06.
- Hang Seng (Hong Kong): Melonjak 1,84% ke 21.521,98.
- S&P/ASX 200 (Australia): Terkoreksi 0,34% ke 8.482,80.
Pasar menyoroti sejumlah data perekonomian terbaru dari Asia. Jepang misalnya baru-baru ini menunjukkan adanya pertumbuhan kredit secara tahunan hingga 3% di Januari 2025. Meski begitu, angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan capaian di Desember 2024.
Dari China, data perekonomian terbaru menunjukkan bahwa indeks harga konsumen meningkat 0,7% secara bulanan dan 0,5% secara tahunan di Januari 2025. Capaian tersebut lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya sebesar 0,4%.
Sementara itu, indeks harga produsen turun 2,3% secara tahunan di Januari 2025. Capaian tersebut melebihi ekspektasi pasar yang memperkirakan bahwa indeks terkait akan turun hingga 2,1%.
AS juga menjadi sorotan pasar menyusul kebijakan tarif terbaru, mereka diketahui telah menerapkan tarif 25% untuk semua impor baja dan aluminium sesuai dengan perintah dari Presiden AS, Donald Trump.
Baca Juga: Selain Euforia DeepSeek, Wall Street Tak Goyah Lawan Gejolak Kebijakan Tarif
Ancaman ini memicu kecemasan dalam pasar, terutama bagi negara-negara eksportir dalam kawasan Asia. Dikhawatiran, kebijakan tersebut akan memicu meluasnya perang dagang dengan titik pusatnya adalah AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement