Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laba Melonjak 106%! Surya Biru Murni Acetylene (SBMA) Siap Tancap Gas di 2025

Laba Melonjak 106%! Surya Biru Murni Acetylene (SBMA) Siap Tancap Gas di 2025 Kredit Foto: SBMA
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) optimistis menghadapi 2025 dengan strategi pertumbuhan yang kuat. Perusahaan mengandalkan peningkatan kapasitas utilitas plant serta ekspansi ke sektor-sektor potensial seperti oil and gas, mining, dan medis.

“Produk unggulan kami, seperti gas untuk medis, produk special gas, serta layanan jasa seperti leak test, hydrotest, dan vacuum test, siap mendukung pertumbuhan perusahaan. Kami melihat potensi besar dalam sektor jasa ini untuk memelihara dan meningkatkan layanan ke customer yang ada dengan keahlian tim teknis yang telah dipercaya,” ujar Rini Dwiyanti, Direktur Utama SBMA, dalam keterangannya, Selasa (11/2/2025).

Pada 2025, SBMA akan fokus pada tiga aspek utama: pengembangan pasar, diversifikasi produk, dan penguatan sumber daya manusia (SDM). Wilayah strategis yang menjadi prioritas adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, yang sejalan dengan rencana pemerintah dalam pengembangan sektor energi dan industri.

Baca Juga: Awas! 8 Faktor Ini Bisa Bikin Pasar Saham Volatil Pekan Ini

Wisnu Prambudi, Head of Research FAC Sekuritas Indonesia, menilai kinerja SBMA cukup positif sejak IPO pada 8 September 2021. Aset perusahaan tumbuh rata-rata 6,7% per tahun sejak kuartal ketiga 2021 hingga kuartal ketiga 2024, sementara ekuitas meningkat rata-rata 8,33% per tahun. Pendapatan perusahaan juga menunjukkan pertumbuhan rata-rata 21% per tahun, dengan laba bersih naik 22% per tahun.

Lebih lanjut, Wisnu menyoroti valuasi saham SBMA yang masih undervalued di pasar. “Book Value per share SBMA ada di Rp241, sedangkan harga di market Rp118. Dengan kata lain, posisi SBMA masih undervalued. Artinya, ada ruang penguatan hingga 104% jika kembali ke harga wajarnya di Rp241. Bahkan, jika kita beri diskon 30% dari book value, harga wajarnya tetap di Rp169, yang masih menyisakan potensi kenaikan sebesar 43%,” jelasnya.

Dari sisi risiko, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) SBMA sebesar 0,19%, yang tergolong rendah. Selain itu, return on assets (ROA) perusahaan dalam tiga tahun terakhir terus menunjukkan tren peningkatan.

Baca Juga: Tuntaskan Penawaran Tender, Bumi Serpong (BSDE) Kini Kuasai 98,97% Saham Suryamas (SMDM)

Senada, Hendra Wardana, Founder Stocknow.id, menyebut SBMA membukukan laba bersih Rp9,7 miliar pada sembilan bulan pertama 2024 (9M2024), naik 106,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. “Keunggulan utama SBMA adalah posisinya yang strategis di Kalimantan, terutama dengan adanya proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pertumbuhan industri smelter di wilayah tersebut. Fokus perusahaan pada pasar lokal menjadi keuntungan tersendiri, karena meskipun harga gas dunia naik, permintaan domestik yang kuat tetap mendukung kinerja SBMA,” paparnya.

Namun, sebagai produsen gas industri seperti acetylene, oksigen, nitrogen, dan argon, SBMA tetap bergantung pada bahan baku dan energi dalam produksinya. Jika harga LPG, LNG, atau bahan kimia seperti kalsium karbida naik, biaya produksi perusahaan bisa meningkat dan berpotensi menekan margin keuntungan.

“Namun, prospek pertumbuhan industri di Kalimantan tetap menjadi katalis positif yang dapat menjaga stabilitas bisnis SBMA ke depan,” pungkas Hendra.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: