
Indonesia harus bersiap menghadapi kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump yang dikenal agresif dan transaksional dalam perdagangan internasional.
Senior Fellow Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Krisna Gupta, memperingatkan bahwa ketidakpastian kebijakan AS bisa berdampak serius terhadap ekspor Indonesia, khususnya produk manufaktur hilir yang selama ini menjadi andalan di pasar AS.
"Kebijakan perdagangan AS semakin transaksional. Donald Trump dikenal menerapkan tarif tinggi pada barang impor sebagai strategi negosiasi. Jika Indonesia tidak siap, ekspor kita bisa terkena dampaknya," ujar Krisna dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (26/2/2025).
Baca Juga: BPS Ungkap Nilai Ekspor Turun Jadi US$21,45 Miliar di Januari 2025
Salah satu ancaman utama yang harus diwaspadai adalah rencana Trump untuk menaikkan tarif barang impor. Sebelumnya, kebijakan serupa berhasil menekan defisit perdagangan AS dengan China, meski kemudian meningkatkan defisit dengan Vietnam dan Meksiko. Namun, Trump juga dikenal memberikan kelonggaran tarif bagi negara yang bersedia bernegosiasi dan menawarkan konsesi tertentu, seperti Kanada dan Meksiko.
Dengan kemungkinan kebijakan proteksionisme yang lebih ketat, Krisna menilai Indonesia harus menyiapkan strategi negosiasi yang kuat agar tidak terkena dampak tarif yang merugikan. "Sejauh ini, Indonesia belum menjadi fokus perhatian kebijakan Trump. Tapi jika nanti kita masuk radar, kita harus siap untuk bernegosiasi," tegasnya.
Baca Juga: Gandeng Sekutu, Trump Dikabarkan Bakal Perketat Ekspor Chip Semikonduktor ke China
Selain pendekatan bilateral, Krisna menyarankan agar Indonesia mempertimbangkan opsi negosiasi melalui ASEAN+ atau membentuk blok perdagangan yang lebih kuat untuk memperkuat posisi di pasar global. "Indonesia sebagai ekonomi terbesar di ASEAN harus memainkan peran kepemimpinan dalam memperkuat kerja sama kawasan. Ini juga bisa menjadi strategi untuk menghindari dampak kebijakan proteksionisme AS," ucapnya.
Lebih lanjut, diversifikasi ekonomi dan investasi asing dinilai menjadi langkah krusial agar Indonesia tidak bergantung pada satu pasar ekspor. Dengan menciptakan iklim investasi yang kompetitif, Indonesia dapat menarik lebih banyak investor dari berbagai negara serta mengurangi risiko ketergantungan pada AS.
Krisna menekankan bahwa kebijakan perdagangan tidak hanya berkaitan dengan ekonomi, tetapi juga strategi politik. Oleh karena itu, setiap keputusan dalam negosiasi dengan AS harus melibatkan berbagai pihak untuk memastikan kepentingan nasional tetap terlindungi.
"Penting bagi Indonesia untuk memahami apa yang diinginkan kabinet Trump dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan negosiasi dagang yang menuntut kompromi," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement